Komunikasi Interpersonal Sebagai Pondasi Komunikasi Interpersonal



         Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari roda kehidupan kita. Tidak ada seorang pun yang dapat hidup tanpa komunikasi. Setiap orang membutuhkan komunikasi untuk mempertahankan hidupnya. Bahkan Wazlawick, Beavin dan Jackson seperti yang dikutip oleh Nina (2011) mengatakan ”we can not not communicate.”Kita tidak dapat tidak berkomunikasi, bahkan ketika kita sendiri, pun kita tetap melakukan komunikasi. Ketika kita sendiri, kita melakukan komunikasi intrapersonal yaitu komunikasi dengan diri kita sendiri ( komunikasi yang berlangsung pada diri seseorang). Sedangkan ketika kita berkelompok atau face to face, kita melakukan komunikasi interpersonal.

Kata Kunci : Komunikasi, komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal
        Pak Edi Bramantyo seorang manajer pada sebuah perusahaan yang ternama. Beliau memiliki kompetensi yang unggul dibidang tugasnya. Namun satu hal yang selalu dikeluhkan oleh stafnya, beliau memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang kurang memadai. Kemampuan komunikasi interpersonal Pak Bram yang buruk, membuat hubungan Pak Bram dengan rekan sejawat dan stafnya kurang harmonis. Kemampuan komunikasi interpersonal yang buruk tersebut terlihat pada sikap beliau yang sering tidak mampu mengendalikan emosi ketika berdiskusi atau berbicara, beliau sering meremehkan orang lain, dan beliau sering bersikap sinis ketika berkomunikasi. Pak Bram bukan seorang yang tidak pernah meng upgrade kemampuan komunikasinya. Beliau aktif ikut berbagai pelatihan yang intinya untuk meningkatkan kualitas efektifitas komunikasi interpersonalnya. Namun mengapa beliau masih bermasalah dalam komunikasi interpersonalnya? Padahal beliau sudah banyak mengetahui teknik komunikasi interpersonal yang efektif. Sekali lagi, mengapa beliau enggan mempraktekkan ilmu yang beliau peroleh untuk berkomunikasi interpersonal dengan baik ? Untuk lebih jelasnya, mari kita perhatikan proses terbentuknya komunikasi interpersonal pada bahasan berikut ini.

Pengertian Komunikasi

        Komunikasi memiliki arti yang bermacam-macam tergantung dari perspektifnya. Dari perspektif psikologi, Hovland, Janis, dan Kelly seperti yang dikutip oleh Nina (2011) mendefinisikan komunikasi sebagai ” the process by witch a individual (the communicator) transmits stimulus (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience). Beamer & Varner (2008) dalam bukunya Intercultural Communication menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pendapat, pikiran, dan perasaan kepada orang lain yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan budaya.
              Raymond S. Ross seperti yang dikutip oleh Nina (2011), memberikan pengertian komunikasi sebagai berikut: “a transactional process involving cognitive sorting, selecting and sharing of symbols in such a way to help another alicit from his own experiences a meaning or responses similar that intended by the source.” Mencermati ketiga definisi di atas, Nina (2011) menyimpulkan bahwa komunikasi bagaimanapun bentuk kontekstualnya, adalah peristiwa psikologis dalam diri masing-masing peserta komunikasi. Dengan kata lain, psikologi mencoba menganalisis seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikan, psikologi menganalisis karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Sedangkan pada diri komunikator, psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya: apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil dalam mempengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak. Komunikasi sangat essensial untuk pertumbuhan kepribadian manusia. Kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kepribadian. Komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran manusia. Selain itu psikologi juga tertarik pada komunikasi di antara individu: bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respons pada individu lainnya. Komunikasi disini bertujuan untuk memberikan informasi, menghibur, atau mempengaruhi dan mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan psikologis.

Pengertian Psikologi Komunikasi
         Sebelum berbicara masalah psikologi komunikasi, terlebih dahulu penulis sampaikan pengertian psikologi menurut Nina (2011) sebagai ilmu yang mengkaji kejiwaan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan struktur dan fungsi yang sangat sempurna bila dibandingkan dengan makhluk Tuhan lainnya. Psikologi juga meneliti manusia sebagai makhluk multidimensional, memiliki pikiran dan kemampuan berinteraksi secara personal dan perilaku manusia dalam kehidupan sosial, termasuk implikasi sosial terhadap kejiwaan seorang manusia.
                Menurut George A. Miller yang dikutip oleh Nina (2011) mendefinisikan, ”psychology is the science that attempts to describe, predict, and control mental and behavioral event.” Dengan demikian psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah internal meditation of stimuli sebagai akibat berlangsungnya komunikasi. Sedangkan peristiwa behavioral adalah apa yang nampak ketika orang berkomunikasi. Hal ini berarti psikologi komunikasi merupakan ilmu yang menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan proses pengolahan stimulus yang terjadi pada diri seseorang sebagai akibat berlangsungnya komunikasi. Selain itu psikologi komunikasi juga menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan perilaku manusia yang tampak ketika manusia berkomunikasi. Peristiwa mental akan berpengaruh terhadap peristiwa behavioral.
Dari konsep tersebut dapat diketahui bahwa psikologi komunikasi sangat berperan dalam perubahan perilaku manusia, terutama saat manusia berkomunikasi dengan manusia lain, baik yang sifatnya interpersonal, kelompok, maupun massa. Psikologi Komunikasi merupakan ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental yang terjadi pada individu (komunikasi intrapersonal) yang berpengaruh terhadap peristiwa behavioral yang dihasilkan oleh individu ketika berkomunikasi interpersonal, kelompok, maupun massa. Dengan orang memahami dan mengerti psikologi komunikasi, saat komunikasi berlangsung antara komunikator dan komunikan, orang mampu melihat dan menganalisis gerak dan tingkah laku kedua komponen (pembicara dan pendengar).

Komunikasi Intrapersonal
         Dijelaskan oleh Devito (1997), komunikasi intrapersonal atau komunikasi intrapribadi merupakan komunikasi dengan diri sendiri dengan tujuan untuk berpikir, melakukan penalaran, menganalisis dan merenung. Sedangkan menurut Nina (2011) menjelaskan komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi pada diri manusia, meliputi proses sensasi, asosiasi, persepsi, memori dan berpikir. Sedangkan menurut Effendy seperti yang dikutip oleh Rosmawaty (2010) mengatakan bahwa komunikasi intrapersonal atau komunikasi intrapribadi merupakan komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang itu berperan baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Dia berbicara kepada dirinya sendiri. Dia berdialog dengan dirinya sendiri. Dia bertanya dengan dirinya sendiri dan dijawab oleh dirinya sendiri. Selanjutnya Rakhmat seperti dikutip oleh Rosmawaty (2010) mengatakan komunikasi intrapersonal adalah suatu proses pengolahan informasi, meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir.
       Dari konsep tentang komunikasi intrapersonal dari beberapa ahli komunikasi penulis mensintesakan bahwa komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dengan diri sendiri meliputi proses sensasi, asosiasi, persepsi memori dan berpikir dengan tujuan untuk berpikir, melakukan penalaran, menganalisis dan merenung. Dalam komunikasi intrapersonal, seorang komunikator (encoder) melakukan proses komunikasi intrapersonal dengan menggunakan seluruh energi yang dimilikinya agar pesan yang akan disampaikan kepada komunikan (decoder) dapat diterima dengan jelas, dan komunikan pun dapat melakukan umpan balik (feedback) terhadap pesan tersebut.
Adapun proses komunikasi intrapersonal adalah sebagai berikut:



Sensasi
      Sensasi adalah proses pencerapan informasi (energy/stimulus) yang datang dari luar melalui panca indra. Sebagai contoh: Ketika kita sedang mendengarkan permasalahan yang disampaikan oleh seseorang. Di sini terjadi proses pencerapan informasi dengan melalui indera pendengaran.

Asosiasi
      Asosiasi adalah pengalaman dan kepribadian yang mempengaruhi proses sensasi. Thorndike seperti yang dikutip oleh Nina (2011) mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respons ini megikuti hukum-hukum berikut, yaitu:

  1. Hukum latihan (law of exercise), yaitu apabila asosiasi antara stimulus dan respons sering terjadi, asosiasi itu akan terbentuk semakin kuat. Interpretasi dari hukum ini adalah semakin sering suatu pengetahuan yang telah terbentuk akibat terjadinya asosiasi antara stimulus dan respons dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. 
  2. Hukum akibat (law of effect), yaitu apabila asosiasi yang terbentuk antara stimulus dan respon diikuti oleh suatu kepuasan, maka asosiasi akan semakin meningkat. Ini berarti (idealnya), jika suatu respon yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu stimulus adalah benar dan ia mengetahuinya, maka kepuasan akan tercapai dan asosiasi akan diperkuat.
        Dari pendapat Thorndike ini , kita dapat mengetahui bahwa sering terjadinya pengalaman yang terjadi terhadap suatu peristiwa, maka semakin menguatkan asosiasi dan pada gilirannya akan semakin menguatkan sensasi kita terhadap peristiwa tersebut. Selain itu penguatan asosiasi juga terbentuk karena akibat dari suatu peristiwa (asosiasi stimulus dan respon).

Persepsi
       Persepsi adalah pemaknaan/arti terhadap informasi (energy/stimulus) yang masuk ke dalam kognisi manusia. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli). Sensasi adalah bagian dari persepsi. Meskipun demikian Desiderato seperti yang dikutip oleh Nina (1976) menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi (perhatian), ekspektasi, motivasi, dan memori.
Memori
        Memori adalah stimuli yang telah diberi makna, direkam, dan kemudian disimpan dalam otak manusia. Secara singkat memori meliputi 3 proses, yaitu:

  • Perekaman (encoding) yaitu pencatatan informasi melalui reseptor indra dan sirkuit syaraf internal. 
  • Penyimpanan (storage) yang menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana. Penyimpanan bisa bersifat aktif atau pasif.Pemanggilan (retrieval), yang dalam sehari-hari disebut mengingat kembali adalah menggunakan informasi yang disimpan.
Berpikir
         Berpikir adalah akumulasi dari proses sensasi, asosiasi, persepsi, dan memori yang dikeluarkan untuk mengambil keputusan. Selain itu berpikir juga diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memecahkan persoalan (problem solving) dan menghasilkan sesuatu yang baru (creativity).
Salah satu fungsi berfikir adalah menetapkan keputusan. Keputusan yang kita ambil sangatlah beraneka ragam. Adapun tanda-tanda umumnya adalah:

  • Keputusan merupakan hasil berpikir, dan merupakan hasil usaha intelektual.
  • Keputusan merupakan pilihan berbagai alternatif.
  • Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.

Adapun faktor-faktor personal yang sangat menentukan terhadap apa yang diputuskan, antara lain:

a. Kognisi.

Kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki.

b. Motif.

Biasa disebut konatif/konasi, dorongan, gairah yang amat memengaruhi pengambilan keputusan.

c. Sikap.

Disebut juga afektif/afeksi/emosi yang menjadi faktor penentu lainnya.

Komunikasi Interpersonal
       Devito (2007) menyatakan bahwa “interpersonal communication is the communication that takes place between two persons who have an established relationship; the people are in some way connected”.Often interpersonal communication takes place face to face : This is the type of interaction that probably comes to mind when you think of conversation. Because of technological advances, however, much conversation now takes place on line. The four major online types of conversation-e-mail, the mailing list group, instant messaging, and that chat group-differ from one another and from face to face interaction in important way. Menurut Ivancevich, Konopaske dan Matteson (2008), “interpersonal communication is communication that flows individual to individual in face to face and group setting”. Menurut Slocum/Hellriegel (2009), pengertian komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut An interpersonal communication network is the pattern of communication flows, relationships and understanding developed over time among people, rather than focusing on the individual and wether a specific message is received as intended by the sender. Sedangkan menurut Robbins and Judge (2010) mengatakan bahwa “interpersonal communication is how do group members transfer meaning between and among each other? They essentially rely on oral, written, and nonverbal communication”. Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2013), “interpersonal communication is communication between two or more people”.
     Dari konsep-konsep komunikasi interpersonal di atas, dapat disintesakan komunikasi interpersonal adalah penyampaian dan penerimaan pesan antara dua orang secara tatap muka langsung atau melalui berbagai media dengan menggunakan bahasa verbal dan non verbal dengan indikator (1) penyampaian pesan antara dua orang secara berduaan saja atau dalam kelompok (2) penerimaan pesan antara dua orang secara berduaan saja atau dalam kelompok. Selanjutnya Devito (2007) menyampaikan mengenai tujuan komunikasi interpersonal diantaranya sebagai berikut untuk pembelajaran, untuk membina hubungan, untuk mempengaruhi, untuk bermain dan untuk membantu.
Komunikasi interpersonal penting dipahami. Hal ini terjadi karena komunikasi interpersonal :
Dapat meningkatkan hubungan dari tidak kenal (impersonal) menjadi hubungan yang bersifat pribadi atau sebaliknya.
Menyampaikan emosi dan perasaan kita.
Melatih diri komunikator maupun komunikan menjadi pribadi yang peka, peduli dan empati pada pasangan komunikasi, sehingga dari berorientasi pada diri sendiri (self oriented) menjadi berorientasi kepada pihak lain.

Komunikasi Intrapersonal Pondasi Komunikasi Interpersonal
        Komunikasi intrapersonal merupakan pondasi untuk melakukan komunikasi interpersonal. Mampu berdialog dengan diri sendiri berarti mampu mengenal diri sendiri. Suatu hal yang penting bagi seseorang untuk mengenal diri sendiri. Belajar mengenai diri sendiri berarti belajar bagaimana kita berpikir, merasakan, dan bagaimana kita mengamati, menginterprestasikan dan mereaksi lingkungan kita. Dengan memahami komunikasi intrapersonal memudahkan kita untuk mengenal pribadi kita.
G. Wiseman dan L. Barker dalam karyanya “speech-interpersonal communication” seperti yang dikutip oleh Rosmawaty (2010) menjelaskan mengenai proses komunikasi intrapersonal yang terjadi pada diri komunikator. Pada prinsipnya komunikasi intrapersonal dipengaruhi oleh perangsang internal dan perangsang eksternal. Perangsang internal dipengaruhi oleh kondisi psikologis atau fisiologis, misalnya rasa lapar atau gelisah. Sedangkan perangsang eksternal datang dari lingkungan sekitar komunikator baik secara terbuka dan sengaja atau secara tertutup dan tidak disadari.

Alurnya adalah sebagai berikut :
Rangsangan baik internal maupun eksternal itu diterima oleh organisme sebagai getaran-getaran syaraf yang disampaikan kepada otak dan ini pada gilirannya memutuskan perangsang mana yang diperhatikan dan diperkirakan (proses diskriminasi).
Perangsang-perangsang yang dipilih pada tahap diskriminasi itu kemudian dikelompokkan lagi yaitu ditata menjadi beberapa susunan yang bermakna bagi komunikator. Sekali dikelompokkan, perangsang-perangsang yang didiskriminasi disandi balik ke dalam lambang (symbol decoded) diubah menjadi lambang-lambang pikiran di dalam diri komunikator, suatu tahap yang diperlukan jika perangsang akan diberi makna.
Setelah penyandibalikan (decoding), proses bergerak menuju proses ideasi (ideation) pemikiran, perencanaan, dan pengorganisasian pikiran. Di sini lambang-lambang yang datang dihubungkan dengan pengetahuan dan pengalaman terdahulu, maka terumuskan pesan yang direncanakan komunikator untuk dilontarkan.
Tahap ini diikuti oleh inkubasi (incubation), apabila ide-ide dibagikan menetas menjadi bentuk-bentuk tertentu. Pada titik ini lambang-lambang pikiran siap untuk disandi (encoded) diubah menjadi kata atau kial (gesture) yang bermakna.
Pada tahap transmisi (transmission) yang terakhir, lambang-lambang kata atau kial yang disandi, secara fisik dipancarkan, dalam bentuk ucapan, tulisan, dan lain-lain, yang dapat diterima dan dimengerti oleh komunikan yang dituju. Terjadilah komunikasi interpersonal.

Jadi, bagi seorang komunikator, melakukan komunikasi intrapersonal amat penting sebelum ia berkomunikasi dengan orang lain. Dengan komunikasi intrapersonal seorang komunikator berupaya untuk memformulasikan pesan yang akan disampaikan kepada komunikan, sehingga komunikasi akan efektif sesuai dengan tujuan.
Berdasarkan pembahasan di atas, kita dapat menganalisa permasalahan yang timbul pada kasus Pak Bram. Meskipun beliau memiliki pengetahuan teknik komunikasi efektif yang cukup, tetapi ternyata kepribadian beliau yang buruk temperamen, sombong, sinis, merupakan salah satu faktor internal yang berpengaruh pada proses komunikasi intrapersonalnya. Kepribadian berpengaruh terhadap proses ideasi seseorang (pemikiran, perencanaan dan pengorganisasian) pesan yang akan disampaikan kepada lawan bicara. Kepribadian yang buruk akan berpengaruh terhadap proses ideasi yang pada akhirnya akan menghasilkan pesan yang buruk. Dengan kata lain Pak Bram bermasalah pada komunikasi intrapersonalnya. Kepribadian buruk Pak Bram berpengaruh terhadap komunikasi intrapersonalnya yang pada akhirnya berpengaruh terhadap pesan yang disampaikan ketika berkomunikasi interpersonal.

Penggunaan Psikologi Komunikasi
            Psikologi komunikasi bertujuan agar komunikator dan komunikan memiliki pemahaman yang sama terhadap pesan yang dikomunikasikan. Dengan kata lain, psikologi komunikasi digunakan agar terjadi komunikasi yang efektif antara komunikator dan komunikan. Komunikasi efektif menimbulkan 5 hal yaitu:

  1. Pengertian : > Penerimaan yang cermat dari stimulus seperti yang dimaksudkan oleh komunikator.
  2. Kesenangan : > Komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menyebabkan hubungan menjadi hangat dan menyenangkan.  
  3. Mempengaruhi sikap : > Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikan. Persuasi didefinisikan sebagai “proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.
  4. Hubungan sosial yang baik. 
  5. Tindakan. Persuasi ditujukan untuk menghasilkan tindakan yang dikehendaki. Menimbulkan tindakan nyata memang indikator efektifitas komunikasi yang paling penting. Untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan meneguhkan sikap, atau menumbuhkan hubungan yang baik. 





Penutup
Ruang lingkup psikologi komunikasi meliputi komunikasi intrapersonal dan komunikasi interpersonal. Komunikasi intrapersonal merupakan landasan atau pondasi komunikasi interpersonal. Dengan memahami komunikasi intrapersonal, seorang komunikator mampu memformulasikan pesan yang akan disampaikan ke komunikan sehingga akan menghasilkan komunikasi interpersonal yang efektif. Dengan demikian perlu dilakukan upaya-upaya untuk memperbaiki komunikasi intrapersonal agar mampu menghasilkan komunikasi interpersonal yang efektif. Upaya-upaya tersebut pada dasarnya adalah memperbaiki kualitas setiap tahap proses komunikasi intrapersonal dan kualitas faktor internal dan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap komunikasi intrapersonal. Sebagai contoh untuk memperbaiki sensasi maka kualitas panca indra harus kita jaga agar menghasilkan penyerapan informasi yang optimal. Untuk memperbaiki asosiasi, dengan cara banyak berlatih. Persepsi diperkuat dengan cara menambah pengetahuan. Sedangkan memori diperkuat dengan selalu memberi perhatian terhadap stimulus yang kita terima. Berpikir merupakan rangkuman dari proses sensasi, asosiasi, persepsi dan memori. Kemampuan berpikir kita tingkatkan dengan meningkatkan kualitas setiap tahap komunikasi intrapersonal dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap setiap tahap komunikasi intrapersonal. Jika setiap tahap proses komunikasi intrapersonal berlangsung dengan baik dan faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap komunikasi intrapersonal berpengaruh baik, maka akan menghasilkan komunikasi interpersonal yang baik. 






















Daftar Rujukan:

Andre, Rae. Organizational Behavior Pearson International Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2008.

Devito, Joseph A. The Interpersonal Communication Book Eleventh Edition. USA: Pearson Education Inc., 2007.

Ivancevich, Konopaske, Matteson. Organizational Behavior and Management Eight Edition. New York: Mc Graw-Hill Companies Inc., 2008.

Luthans, Fred. Organizational Behavior Twelfth Edition. New York: The Mc Graw Hill Companies Inc., 2011.

Robbins, Stephen P., dan Timothi A. Judge. Organizational Behavior Fourteenth Edition. New Jersey: Pearson Education Inc., 2011.

Robbins, Stephen P., Marry Coulter. Management Eleventh Edition. England: Pearson Horizon, 2013.

Rosmawaty. Mengenal Ilmu Komunikasi. Jakarta: Widya Padjajaran, 2010.

Shermerhorn, John R. Introduction to Management 10th Edition. Asia: John Wiley & Sons Inc., 2010.

Slocum, Herriegel. Principles of Organizational Behavior Twelfth Edition. Canada: South Western, 2009.

Syam, M.S. Nina W. Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar