Musuh Dalam Selimut Persahabatan

Sebuah kalimat yang aku dapat setelah aku mengenal seorang laki-laki, "cinta, cinta itu tak memandang ketidaksempurnaan dia dan ketidaksempurnaan itu menjadi sempurna".

"Tik, kapan kamu move On?" Tanya Eli tiba-tiba sambil menggertak Ku yang sedang bersedih.
Aku hanya menggeleng, tak menjawab pertanyaan itu namun air mata Ku tiba-tiba menetes. Rasa sedih, kesal dan marah Ku rasa hari itu. Dalam hati aku bertanya, "adakah seorang laki-laki seperti ayah? Yang sedih melihat Ku menangis, yang bijaksana dan bertanggung jawab".
Air mata Ku makin jatuh saat hatiku mengingat kak Ubay. Eli hanya bisa menghapus air mata Ku, menghibur dengan tingkah bodoh yang sebenarnya tak membantu sedikitpun sedih di hati.
Semua ini berawal saat aku baru masuk sebuah perguruan tinggi negeri. Hari itu, hari pertama ospek sebagai mahasiswa baru. Di suasana malam yang belum bertemu pagi, aku datang dengan tampilan bodoh. Saat memasuki pintu gerbang semua mahasiswa baru telah berbaris di tengah lapangan, seorang kakak tingkat tersenyum padaku dari post satpam yang terletak di sebelah kiri gerbang. Saat itu aku hanya berfikir ia menertawakan penampilan Ku yang layaknya penghuni RSJ.
Waktu berlalu begitu cepat, sampai akhirnya ospek selesai dengan banyak kenangan indah bersama kak Ubay. Hari pertama ospek adalah hari dimana kak Ubay tersenyum pertama kali pada ku. Hari kedua adalah saat kak Ubay menyapa Ku pertama kali dan mengajak berkenalan. Hari ketiga adalah hari terakhir ospek dan hari ini hari dimana kak Risky meminta nomor telepon Ku.

Kak Ubay sebenarnya bukanlah pria yang sama seperti ayah, orang yang selalu aku jadikan panutan. Namun tak tau mengapa hatiku selalu bergetar saat aku melihatnya, muka Ku selalu memerah saat aku tau ia memperhatikan Ku dan aku merasa malu setiap kali melihat nya. Jujur aku baru pertama kali merasakan ini, sebelumnya aku tak pernah mengenal laki-laki lain selain ayah karna aku selalu di sekolahkan di sekolah putri dan disana gak ada satupun laki-laki yang aku kenal, bukan hanya itu aku adalah anak tunggal dan gak ada saudara. Sehari-hariku selalu disibukkan dengan kegiatan belajar dan mengejar prestasi.
Malam itu cuaca lagi tak bagus, seperti biasa aku selalu memandangi hujan dari jendela kamar. Suasana dingin malam itu disambut sebuah kehangatan dari perasaan cinta. Sebuah SMS datang yang berisi sebuah pesan dari kak Ubay. Malam itu aku bagai terbang ke langit ke tujuh, seorang yang aku suka memuji aku dengan kata-kata cantik dan ia meminta Ku untuk tersenyum saat melihatnya karna ia bilang senyumku melukiskan senyum seorang bidadari. 
Malam indah itu berganti dengan pagi cerah dengan kenangan indah lain. Dari kejauhan, aku melihat seorang laki-laki berdiri di depan gerbang bersama seorang wanita. Semakin mendekat aku mengenali laki-laki itu, ya itu kak Ubay bersama kak Jarod, mahasiswi terpintar dan sombong yang aku kenal saat ospek. Jujur hati Ku berdetak seperti ada yang melempar batu ke pintu hati yang kecil, aku hanya terdiam tak sedikitpun senyum Ku beri saat melintas di dekat kak Ubay. Namun kak Ubay tetap tersenyum padaku. Dan aku pikir itu adalah akhir dari perkenalan 3 hari yang lalu namun aku salah hati Ku sudah untuknya dari 3 hari yang lalu.
"Eli", seorang wanita tiba-tiba mendekat dan mengajak kenalan. Dengan senyum aku menjawab, " Eli Yolanda Putri".
"Eli, itu nama Ku", seorang wanita datang lagi dengan senyuman agak sinis dan nada bicara sombong. Namun Eli dan Eli Yolanda akhirnya menjadi teman dekat bahkan sahabat Dan disini lah awal persahabatan yang penuh dengan keegoisan.

Pukul 8 lewat 15 menit, seorang wanita dengan kacamata dan senyum manis menyapa, "pagi nak, selamat ya sudah jadi mahasiswa di sini". Dari situ proses belajar dimulai. Waktu tak terasa telah menunjukkan pukul 1.00 dan karna hari itu hari pertama proses belajar mengajar, dan pelajaran kami selesai. Aku berjalan bersama Eli dan Eli Yolanda. Seorang yang mengendarai motor stop di depan kami.
"Dek Tutik, pulang bareng kakak ya", sahut pengendara motor itu. Aku hanya terdiam gak tau mau bicara apa dan aku menatap mata pengendara motor itu.
"Ayo naik, kita pulang", kaki Ku yang berat serasa mengantarku naik ke atas motor.
"Kak Ubay gak bareng sama pacar nya apa?" Sahut Ku dengan perkataan halus dan sedikit takut.
"Ini lagi bareng sama pacar kakak", jawabnya seakan bermain. Aku tersenyum malu mendengarnya, jantung Ku berdetak kencang, wajahku memerah.

"Ehm, cie cie", sahut Eli Yolanda tiba-tiba. Wajahnya seakan bersorak, Eli tersenyum dan membentuk sebuah pola hati dari jarinya. Muka Ku makin merah.
"Duluan ya dek", sahut kak Ubay pada Eli dan Eli Yolanda. Diperjalanan aku hanya diam, tak tau ingin bicara apa dan rasa malu makin menjadi.
Awalnya masa PDKT berjalan lancar tak ada masalah yang membuat kacau dan persahabatan baru di kampus baru pun berjalan sempurna. Namun awal nan indah tak seindah akhir. Banyak masalah kecil dalam hubungan persahabatan kami dan cinta itu adalah masalah yang membuatnya makin berbelit.
Andai saja aku tak pernah mendapat seorang teman yang egois, tak mencari perhatian, dan jujur, tak berbicara dari belakang. Eli Yolanda awalnya itu sahabat yang baik tapi ternyata ia "musuh dalam selimut" mungkin kata-kata itu terlalu menusuk jika ia mendengarnya tapi itulah yang Ku rasakan saat itu.
Semua berawal saat hubunganku dengan kak Ubay makin dekat saat itu Eli Yolanda tiba-tiba saja berkata, "apa sih yang kamu liat dari kak Ubay. Perasaan biasa aja".
Dengan simpel aku menjawab, "cinta yang sebenarnya datang bukan karna kesempurnaan nya tapi belajar menerima kekurangannya menjadi kesempurnaan". Dengan spontan Eli tertawa mendengarnya, aku pun tersenyum namun Eli Yolanda kelihatan biasa saja.
Tingkah jelek Eli Yolanda makin menjadi saat ada tugas dan kerja kelompok, ia begitu egois. Ia seakan ingin mengerjakan semuanya sendiri dan saat tugas selesai ia memaki kami seakan kami tak mau membatu dan saat kami membatu mengerjakan tugas, kami malah tak di hargai sedikit pun. Kesal marah dan kecewa yang kami rasakan tapi ya kami adalah teman dekat, hal itu bukan masalah besar bagi kami. Semakin hari berjalan kesabaran tak tertahankan lagi. Bagai api kecil ingin di padamkan namun api membara dengan besar dan merusak semuanya. Persahabatan yang mulanya berjalan lancar menjadi retakan retakan dimana mana.
Beriringan dengan keretakan persahabatan kami, di sana juga terdapat keretakan hubungan Ku dengan kak Ubay. Entah bagaimana cara Eli Yolanda mendapat nomor handphone kak Ubay. Eli Yolanda sering sekali smsan sama kak Ubay, awalnya aku percaya pada Eli Yolanda. Ia gak mungkin jahat padaku. Tapi semua dugaan Ku salah. Hari itu aku gak sengaja membuka handphone Eli Yolanda dan membuka galeri foto nya. Terkejut dan sedih banget saat ngeliat nya. Sebuah foto mereka berdua yang kelihatan begitu dekat. Dan mulai hari itu aku menjauhi kak Ubay.
Sebuah perasaan bodoh mungkin bisa merusak semuanya seketika namun aku tau persahabatan lebih baik dibandingkan seorang pacar. Aku tak marah sedikitpun pada Eli Yolanda walau sebenarnya kak Ubay terus mencari Ku dan berusaha menjelaskan semuanya. Namun nasi sudah jadi bubur, aku adalah seorang wanita aku tau Eli Yolanda suka sama kak Ubay.
Walau sebuah cinta tak bersatu tapi aku yakin persahabatan kami akan membaik namun sekali lagi keinginanku seakan rumah kayu yang diterpa angin topan dan hancur seketika. Eli Yolanda dan Eli mempunyai masalah. Eli Yolanda bilang Eli memanfaatkan nya sebagai teman dalam mengerjakan tugas. Padahal sebuah persahabatan tak mengenal kata memanfaatkan atau dimanfaatkan. Sebuah persahabatan bukanlah sebuah prinsip ekonomi yang selalu mengharap keuntungan. Sebuah persahabatan terbentuk karna saling membutuhkan satu sama lain.
Masalah inilah yang menghancurkan semuanya. Aku tak tahan melihat Eli yang selalu mengalah dan aku akhirnya mencoba menyatukan mereka tapi sebuah piring yang sudah pecah gak akan bisa balik utuh seperti baru. Hati Eli yang ter lanjur terluka gak bisa balik seperti dulu. Hari demi hari berjalan dan kami tak berjalan bersama lagi namun sebuah perpecahan bukan berarti permusuhan dan sebuah pertemuan bukan untuk mendapat musuh. Jauh bakal lebih wangi dan dekat akan tercium baunya. Mungkin dengan ia menjauhi kami semua akan lebih baik dan permusuhan gak bakal terjadi namun dalam hati kami selalu ingin bersama seperti dulu tanpa saling menjauh. 
Ingatlah sebuah pertemuan bukan untuk mencari permusuhan. Dan sebuah permasalahan tak selamanya menjadikan kita musuh. Friendship doesn't come by the perfect friend. Ya sahabat datang bukan dari teman yg sempurna tapi sahabat itu datang dari ketidaksempurnaan yang disatukan untuk menjadi sempurna layaknya metamorfosis pada kupu-kupu.

Mungkin gak ada yang namanya persahabatan yang sempurna tapi yakin lah ketidaksempurnaan itu akan membentuk sebuah kesempurnaan di masa mendatang.
Dan cinta itu adalah sebuah perasaan yang gak bisa dipaksakan. Mungkin saat ini hubungan Ku telah selesai dengannya tapi aku yakin waktu akan menjawab hubungan kita kelah. Teman, sahabat atau sepasang kekasih yang memang di takdirkan Allah untuk bersatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar