Asumsi khusus model analisa ekonomi mikro
Disamping menggunakan asumsi umum teori ekonomi dan asumsi asumsi khusus teori ekonomi mikro, seperti yang telah diuraikan di atas, kita juga menggunakan asumsi-asumsi yang lebih khusus lagi yaitu asumsi-asumsi yang hanya dipergunakan dalam model-model analisa tertentu.
Prilaku Konsumen
Konsumsi adalah titik pangkal dan tujuan akhir seluruh kegiatan ekonomi masyarakat. Kalau produksi diartikan “menciptakan utility” dalam bentuk harang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan manusia, maka konsumsi berarti memakai/menggunakan utility itu untuk memenuhi kebutuhan.
Mungkin saja terjadi orang dapat memenuhi (sebagian) kebutuhannya dengan jalan langsung dan mudah. Bila kita tinggal mengambil ubi atau sayuran dan kebun sendiri, proses produksi dan konsumsinya sederhana. Tetapi dalam masyarakat modern. dengan pembagian kerja dan penggunaan Hak. proses tersebut menjadi jauh lebih berbelit-belit. Orang harus mencari pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan, kemudian dan penghasilannya itu baru dapat membeli barang dan jasa yang dihutuhkan. Meskipun jelas betapa penting konsumsi itu, namun dalam teori ekonomi masalah konsumsi lama sekali diabaikan. Asal ada barang yang dihasilkan, tentu akan ada orang yang mau membelinya, kira-kira demikianlah cara berpikir orang. Maka perhatian para ahli ekonomi lebih diarahkan pada segi produksi dan segala persoalannya. Tetapi pada jaman modern semakin jelas bahwa tidak selalu ada permintaan akan barang yang dihasilkan. Produksi massa juga memerlukan konsumsi massa. Oleh karena itu para produsen mulai mencari jalan bagaimana dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli barangnya. Maka timbullah usaha marketing, sales promotion dan periklanan.
Teori Utilitas
Dalam ekonomi, utilitas adalah jumlah dari kesenangan atau kepuasan relatif (gratifikasi) yang dicapai. Dengan jumlah ini, seseorang bisa menentukan meningkat atau menurunnya utilitas, dan kemudian menjelaskan kebiasaan ekonomis dalam koridor dari usaha untuk meningkatkan kepuasan seseorang. Unit teoritikal untuk penjumlahan utilitas adalah util.
Doktrin dari utilitarianisme ,elihat maksimalisasi dari utilitas sebagai kriteria moral untuk organisasi dalam masyarakat. Menurut para utilitarian, seperti Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1876), masyarakat harus bertujuan untuk memaksimalisasikan jumlah utilitas dari individual, bertujuan untuk “kebahagiaan terbesar untuk jumlah terbesar”.
Dalam ekonomi neoklasik, rasionalitas didefinisikan secara tepat dalam istilah dari kebiasaan maksimalisasi utilitas dibawah keadaan ekonomi tertentu. Sebagai kebiasaan usaha hipotetikal, utilitas tidak membutuhkan adanya keadaan mental seperti kebahagiaan, kepuasan, dll.
Utilitas digunakan oleh ekonom dalam konstruksi sebagai kurva indiferen, yang berperan sebagai kombinasi dari komoditas yang dibutuhkan oleh individu atau masyarakat untuk mempertahankan tingkat kepuasan. Utilitas individu dan utilitas masyarakat bisa dibuat sebagai variabel tetap dari fungsi utilitas (contohnya seperti peta kurva indiferen) dan fungsi kesejahteraan sosial. Ketika dipasangkan dengan komoditas atau produksi, fungsi ini bisa mewakilkan efisiensi Pareto, yang digambarkan oleh kotak Edgeworth dan kurva kontrak. Efisiensi ini merupakan konsep utama ekonomi kesejahteraan.
Teori Preferensi Konsumen
Suatu unit konsumen, individu/perorangan atau rumah tangga/kelompok, akan mendapatkan kepuasan (satisfaction) atau guna (Utility) karena mengkonsumsi sejumlah komodity dalam periode waktu tertentu. Sejumlah komodity yang dikonsumsi oleh satu unit konsumen dalam satu periode waktu tertentu disebut kumpulan komodity (a community bundle).
Dari kumpulan komodity tersebut tersusun daftar urutan komodity yang, dari daftar urutan komodity tersebut konsumen memilih mana yang akan dikonsumsi dan mana yang belum saatnya dikonsumsi. Dengan kata lain setiap unit konsumen harus dapat menentukan daftar urutan preferensi (order of preference) komodity yang ada.
Dalam menentukan urutan preferensi tersebut, syarat-syarat berikut harus terpenuhi yaitu :
Untuk setiap dua unit untai komodity, misalnya A dan B, bila A memberi kepuasan yang lebih besar disbanding B, maka A harus dipilih dan bukan B ( A is Preference to B ) begitu juga sebaliknya , bila B memberi kepuasan yang lebih besar dibanding A, maka B harus dipilih dan bukan A ( B is Preference to A ).
Bila harus A dipilih dan bukan B, sedang B harus dipilih bukan C, maka A harus dipilih dan bukan C. jadi dalam menemukan preferensi, berlaku hubungan yang bersifat transitif.
Bila untaian komodity A terdiri unsure-unsur yang sama dengan B, sedangkan untuk unsurnya untaian A lebih besar dari B , maka A harus dipilih dan bukan B. tetapi bila hanya sebagian yang lain lebih kecil atau sama, maka tidak dapat dikatakan begitu saja bahwa A harus dipilih dan bukan B.
Persoalan ekonomi konsumen
Pokok persoalan ekonomi yang dihadapi oleh setiap orang dan setiap keluarga dapat dirumuskan: orang ingin hidup layak sebagai manusia dan sebagai warga masyarakat. Untuk itu dibutuhkan bermacam-macam barang dan jasa: makanan, pakaian, rumah, obat, sepatu, radio, pengangkutan ini semua tidak ‘gratis jatuh dan langit, melainkan harus dibeli, karena harus diproduksi dahulu. Untuk dapat membeli semuanya itu diperlukan uang, sebab kita harus membayar harganya.
Jadi seorang konsumen atau suatu keluarga di satu pihak berhadapan dcngan Kebutuhan-Kebutuhan Hidup yang harus dipenuhi, dan yang menentukan apa dan berapa yang ingin dibeli. Dilain pihak dihadapkan dengan Harga Yang Harus Dibayar serta Terbatasnya Penghasilan yang membatasi apa dan berapa yang dapat dibeli.
Maka persoalannya ialah: bagaimana dengan penghasilan yang tertentu dan terbatas orang dapat memenuhi semua kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan sebaik mungkin.
Menghadapi persolan ini, seorang konsumen harus bertindak bijaksana dalam mempergunakan dan membelanjakan uangnya. Bertindak ekonomis diartikan “mempertimbangkan hasil dan pengorbanan “.
Hasil yaitu terpenuhnya kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan, yaitu karena kegunaan harang/jasa yang dikonsumsikan. Terpenuhinya kebutuhan itu menimbulkan suatu rasa kepuasan, Maka hasil yang kita peroleh dan konsumsi barang/jasa biasanya disebut kepuasan (satisfaction) Kemampuan barang/jasa untuk memenuhan kebutuhan manusii disebut (utility).
Pengorbanan yaitu harga yang harus dibayar atau ‘usaha’ (kerja, waktu, dll.) yang perlu dicurahkan untuk memperoleh harang/jasa yang dibutuhkan. Demikianlah pola kebutuhan, bersama dengan besarnya penghasilan dan tingkat harga menentukan bagaimana para konsumen membelanjakan uangnya. Jika ada perubahan dalain pola kebutuhan keluarga (apa dan berapa yang dibutuhkan, misalnya karena ada tambahan anggota keluarga) atau perubahan dalam tingkat harga barang, atau dalam besarnya penghasilan, maka akan ada pula perubahan dalam pengeluaran para konsumen, agar kebutuhan konsumen terpenuhj sebaik mungkin atau secara Optimal
Persoalan ekonomi rumah tangga : Kita mau menyelidiki apa pertimbangan-pertimbangan konsumen dalam membelanjakan uang penghasilannya, dan berapa yang akan dibelinya pada berbagai tingkat harga. Hal ini penting sekali, tidak hanya demi kesejahteraan keluarga kita sendiri saja, tetapi juga untuk masyarakat sebagai keseluruhan. Sebab pembelanjaan para konsumen ikut menentukan apa dan berapa yang dihasilkan oleh dunia produksi. Dan ini selanjutnya berpengaruh terhadap kesempatan kerja dan tingkat pendapatan nasional. Sebab produksi dan konsumsi saling berhubungan.
Teori perilaku konsumen
Pada dasarnya ada dua model atau pendekatan dalam teori yang mau menjelaskan perilaku konsumen, yaitu yang dikenal dengan nama Marginal Utility dan indiferensi. Dua-duanya pada dasarnya mencoba menjelaskan hukum permintaan, dengan cara menelusuri apa yang ada di balik kurve permintaan itu (yang tidak dan belum dijelaskan dengan income-effect dan substitution effect).
Teori UTILITY berpangkal dan ‘hasil’ yang diperoleh konsumen bila ia membelanjakan uangnya untuk membeli barang dan jasa, yaitu terpenuhnya kebutuhan karena utility atau manfaat barang yang dikonsumsikan. Menurut teoni ini seorang konsumen yang bertindak secama rasional akan membagi-bagikan pengeluarannya atas bermacam-ragam barang sedemikian rupa sehingga tambahan kepuasan yang diperoleh per rupiah yang dibelanjakan itu sebesar mungkin.
Teori INDIFERENSI merupakan penyempurnaan dari teori utility tetapi mendekati pokok persoalan yang sama dengan cara yang sedikit berbeda. Menurut teori ini seorang konsumen akan membagi-bagi pengeluarannya atas berbagai macam barang sedemikian rupa sehingga ia mencapai taraf pemenuhan kebutuhan yang terbaik ( maksimal atau optimal) yang mungkin dicapainya sesuai dengan penghasilan yang tersedia dan harga-harga yang berlaku. Situasi yang paling cocok ( equilibrium) tercapai kalau penilaian subyektif konsumen terhadap barang itu sesuai dengan harga obyektif yang berlaku dalam masyarakat.
Anggapan-anggapan
Dalam menganalisis perilaku konsumen, para ahli ekonomi biasanya mengandaikan hal-hal berikut ini:
KONSUMEN DAN MANFAAT BARANG UTILITY
Seorang konsumen yang bertindak ekonomis pasti mempertimbangkan pengorbanan, yaitu HARGA yang harus dihayar, dan hasil, yailu MANFAAT atau kepuasan yang diperoleh dari pengeluaran uang itu. Dalam hal ini akan ditinjau segi yang kedua, yaitu kepuasan yang ditimbulkan oleh manfaat (utility) barang/jasa yang dikonsumsikan. Sebab ternyata ada hubungan tertentu antara jumlah barang yang dikonsumsikan dan manfaat kepuasan yang diperoleh daripadanya. Hal ini berpengaruh terhadap perilaku konsumen, khususnya berapa yang akan dibelinya dari harang/jasa tertentu.
Untuk mempermudah pengertian, kita pelajari dahulu bagaimana peri-laku konsumen terhadap satu macam barang saja. Dalam hal ini pertimbangan besarnya penghasilan tidak begitu menentukan, sehingga perhatian sepenuhnya dapat dicurahkan pada persoalan perbandingan harga barang dan manfaatnya hagi konsumen. Kemudian dilengkapi dengan memperhatikan perilaku konsumen terhadap berbagai macam barang. dimana besarnya pendapatan serta pembagian pendapatan atas berbagai macam barang itu akan mendapat sorotan.
HUKUM TAMBAHAN KEPUASAN YANG TIDAK PROPORSIONAL
Pertanyaan pertama yang harus dijawab ialah: apa yang terjadi dengan kepuasan, jika kita membeli lebih banyak dari suatu barang tertentu? Dilihat sepintas kilas, jawaban atas pertanyaan tsb. jelas: Kalau jumlah barang yang dikonsumsikan bertarnbah hanyak, kepuasan yang diperoleh dari konsumsi barang tsb. tentunya akan bertambah juga, karena kebutuhan kita semakin terpenuhi.Tetapi pengalaman mungkin menunjukkan lain!
Hubungan antara jumlah dan kegunaan suatu barang
Kalau seseorang hanya mempunyai satu baju yang baik, maka manfaat baju yang satu itu (dan penilaiannya terhadap baju itu) amat besar. Kalau baju yang satu itu sobek, ia akan sungguh merasa susah. Apakah Ia segera akan membeli baju lain? Tentu. Karena sungguh dibutuhkan. Meskipun harus membayar harga cukup mahal.
Tetapi kalau masih ada persediaan 10 baju yang baik di almari, manfaat dan satu potong baju itu tidak dirasakan begitu besar. Kalau ada satu yang sobek, mungkin ditanggapi dengan “nggak apa-apa, kan masih banyak lainnya”. Apakah ia segera akan membeli satu lagi? Untuk apa? Lebih baik uang dipakai untuk membeli yang lain-lain.
Demikian halnya dengan banyak barang lain pula: pakaian, sepatu, makanan, radio, mobil, bahkan juga dengan uang untuk orang yang kaya uang Rp 10.000.- boleh dikatakan tak berarti, tetapi untuk orang miskin sangat berarti.
Dari contoh-contoh ini ternyata ada suatu hubungan tertentu antara jumlah barang yang dikonsumsikan perjangka waktu tertentu dengan manfaat/utility barang itu bagi kita. Jika jumlah barang yang dikonsumsikan (perjangka waktu tertentu) bertambah banyak, kepuasan kita juga akan bertambah. tetapi belum tentu secara proporsional.
Utility atau daya-guna suatu barang, yang sebenarnya berarti kemampuan barang tersebut untuk memenuhi suatu kebutuhan manusia. Produksi menciptakan kemampuan tersebut. Tetapi baru dirasakan apabila barang itu dikonsumsikan. (oleh karena itu pengertian utility dalam analisis perilaku konsumen berarti. Manfaat yang dirasakan dan konsumsi suatu barang/jasa, kepuasan yang diperoleh daripadanya. dan dengan demikian juga penghargaan konsumen terhadapnya. Jadi utility itu nierupakan sesuatu yang subyektif, tergantung orangnya atau melekat pada diri konsumen, yaitu sejauh mana kebutuhannya terpenuhi dengan konsumsi barang/jasa tertentu.
Kepuasan total dan kepuasan marginal
Untuk lebih dapat memahami hal itu, kita selidiki apa yang terjadi dengan kepuasan (= “utility” yang dirasakan konsumen) apabila jumlah barang tertentu yang dikonsumsikan (dalam jangka waktu tertentu) setiap kali ditambah dengan satu satuan akan mengurangi nilai kepuasan dari barang itu. Sebagai contoh kita ambil: jumlah gelas teh yang diminum oleh seorang guru persatuan hari kerja.
Setelah bicara di muka kelas selarna sekian jam pelajaran, pak guru merasa haus. Syukur di kamar guru disediakan minuman teh. Satu gelas teh dirasakan amat besar manfaat utility-nya. Kalau disediakan lebih dan satu gelas, pak guru juga mau. Tetapi minum enam atau tujuh gelas teh tidak perlu. Gelas teh ke-5 saja sudah tidak ada gunanya bagi pak guru. karena sudah tidak memenuhi suatu kebutuhan.
Hubungan antara jumlah barang yang dikonsumsikan (dalam contoh ini: jumlah gelas teh yang diminum per han kerja) dan kepuasan yang diperoleh dan konsumsi untuk yang dengan istilah teknis kita sebut utility, supaya lebih kelihatan hagaimana ‘jalannya’ kepuasan jika konsumsi ditamhah. Untuk itu pada sumbu horisontal (sumbu X) kita ukur banyaknya barang yang dikonsumsikan (per jangka waktu tertentu), sedang pada sumbu tegak (sumbu Y) diukur tinggi rendahnya kepuasan atau utility.
Dengan minum satu gelas teh per han kerja, pak guru mendapat kepuasan tertentu. Sebenarnya kepuasan itu hal yang subyektif sekali yang sukar dikuantitatifkan: namun kita gambarkan seakan-akan dapat diukur secara tepat, misalnya 6 satuan utility.
Dengan minum satu gelas lagi ( gelas ke-2), maka kepuasan (total) bertarnbah minum dua gelas lebih puas daripada minum satu gelas saja, meskipun mungkin sukar dikatakan berapa lebih puasnya. Katakan saja gelas ke-2 menyumbangkan kepuasan/ utility sebesar 4 satuan. Dengan demikian kepuasan total menjadi 10 satuan (6+ 4), yaitu karena gelas ke-2 menambahkan 4 satuan utility.
Hukum Gossen ke-I atau LDMU
Gejala tambahan kepuasan yang tidak proporsional ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi Jerman yang bernarna Hermann Heinrich Gossen (1810-1859), kemudian dikembangkan oleh W.S.Jevons, K. Menger, L. Wairas dan A. Mar shall. Sekarang dikenal dengan narna Hukum Gossen ke-I atau Law of Diminishing Marginal Utility (LMDU).
Hukum tersebut dapat dirumuskan sbb.
Jika jumlah suatu harang yang dikonsumsikan dalain jangka waktu tertentu ditambah, maka kepuasan total (Total Utility) yang diperoleh memang bertambah, tetapi mulai saat tertentu Marginal Utility (tambahan kepuasan yang diperoleh jika konsumsi ditambah dengan satu satuan) semakin berkurang.Dengan kata lain tambahan kepuasan (yang diperoleh dan tambahan jumlah barang yang dikonsumsikan itu) tidak proporsional (= tidak sebanding) dengan tambahan jumlah barang yang dikonsumsikan.
Dikatakan “mulai saat tertentu” karena mungkin terjadi tambahan kepuasan yang diperoleh dan unit ke-2 lebih besar daripada yang diperoleh dan unit ke- I. Tetapi pada suatu saat hukum mi akan mulai berlaku pula.
Gejala tambahan kepuasan yang tidak proporsional ini sebenarnya merupakan gejala psikologis. Namun mempunyai akibat yang penting di bidang ekonomi, karena berpengaruh terhadap tingkah-laku konsumen dan bentuk kurve permintaan, dan dengan demikian pula terhadap harga barang.
MARGINAL UTILITY DAN HARGA BARANG
Jika konsumsi ditambah dengan satu satuan, Marginal Utility (tambahan kepuasan yang diperoleh dari tambahan satu satuan barang itu) akan semakin berkurang.Tetapi menambah konsumsi dengan satu satuan itu umumnya tidak ‘gratis’. Barang yang dikonsumsi itu harus dibeli dan dibayar.
Maka dalam mempertimbangkan apakah konsumsi akan ditambah lagi dengan satu satuan (dalam arti membeli Iebih banyak dan barang yang sama), seorang konsumen yang rasional mesti mempertimbangkan:
Hasil = tambahan kepuasan yang dipenoleh = Marginal Utility
PENGORBANAN = tambahan biaya = harga yang harus dibayar
Paradox of value
Pengertian Marginal Utility merupakan kunci untuk memecahkan pertanyaan atau teka-teki yang sangat terkenal dalam sejarah ilmu ekonomi, yang telah diajukan oleh Adam Smith tetapi tidak dapat dijawabnya: Apa sebabnya air yang merupakan barang yang sangat berguna bahkan mutlak perlu untuk hidup tidak berharga, sedangkan batu intan yang manfaatnya sangat terbatas dan tidak perlu untuk hidup justru tinggi sekali harganya?? Kelihatannya mi sesuatu yang bertentangan (maka disebut “paradox”). Kan untuk memperoleh barang yang berguna kita mesti harus membayar harga yang tinggi.
Jawaban atas teka-teki tersebut harus dicari dalam pcrbcdaan antara Total Utility dan Marginal Utility. Utility Total dan air holeh dikata tak tcrhingga. Tetapi umumnya air tersedia dalam jumlah yang begitu melimpah sehingga Marginal Utilitynya praktis sama dengan 0. Padahal, penilaian orang terhadap air itu ditentukan oleh satuan terakhir (marginal): kalau air melimpah, kehilangan beberapa unit dinilai tidak apa-apa.
Tetapi situasi mi berubahjika air menjadi barang Iangka, seperti di daerah-daerah yang kekurangan air. Disana air minum per liter mungkin lehih mahal daripada bensin per liter. Karenajumlah yang tersedia hanya sedikit, setiap liter air menjadi barang ber harga, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang paling penting seperti untuk minum dan niemasak.
Batu intan sebaliknya sangat langka, dan untuk memperolehnya, apalagi untuk me nambahnya diperlukan biaya yang tidak sedikit. Maka Maunya tinggi, dan orang ber sedia membayar harga yang mahal untuk memperolehnya.
lngatjuga perbedaan antara barang ekonomi dan barang bebas. Barang ekonomi adalah terbatas, tersedia dalam jumlah yang kurang daripada yang dibutuhkan untuk semua orang, dan perlu diusahakan. Oleh karena itu diperjual belikan dengan harga tertentu. Tetapi barang bebas tersedia dalam jumlah melimpah sehingga tidak ada harganya dan tidak diperjualbelikan. Total Utilitynya mungkin sangat hesar, tetapi Marginal Utililty sama dengan 0.
Hukum Gossen ke-Il atau keseimbangan konsumen
Prinsip dasar dirumuskan dalam Hukum Gossen ke-Il, yang pada pokoknya mengatakan:
”Seorang konsumen yang bertindak rasional akan membagi-bagi pengeluaran uangnva untuk membeli berbagai macam barang sedemikian rupa sehingga kebutuhan-kehutuhannva terpenuhi secara seimbang, artinya sedemikian rupa sehingga rupiah terakhir yang dibelanjakan untuk membeli sesuatu memberikan marginal utility yang sama, entah dikeluarkan untuk membeli barang yang satu atau untuk membeli barang yang lain”.
Jalan pikiran dapat diringkas sebagai berikut :
Keputusan untuk membeli suatu barang tertentu (banang A) didasarkan atas perbandingan antara Marginal Utility (manfaat, kepuasan) yang diperoleh dan konsumsi barang tersebut, dan harga yang harus dihayar untuk memperolehnya. Perbandingan tersebut. dapat ditulis : atau dengan kata lain: MU per Rp yang dikeluarkan.
Faktor-faktor yang ikut mempengaruhi perilaku konsumen
1. Faktor individual : Setiap orang mempunyai sifat, bakat, minat, motivasi dan selera sendiri. Pola konsumsi mungkin juga dipengaruhi oleh faktor emosional. Sebagian hal ini memerlukan bantuan ilmu psikologi untuk menjelaskannya. Tetapi ada juga faktor obyektif, seperti umur, kelompok umur (anak, remaja, dewasa, berkeluarga) dan lingkungan yang mempengaruhi tidak hanya apa yang dikonsumsikan tetapi juga kapan, berapa, model-modelnya, dan sebagainya.
2. Faktor ekonomi: Selain harga barang, pendapatan konsumen dan adanya sub stitusi, dan ada beberapa hal lain yang ikut berpengaruh terhadap permintaan sese orang/keluarga:
4. Faktor kebudayaan, Pertimbangan berdasarkan agania dan adat kebiasaan dapat membuat keputusan untuk konsumsi jauh berbeda dengan apa yang diandakan dalarn teori. Misalnya keperluan korban, pakaian, peringatan han ke-7, ke-35, ke 100, dan ke- 1000 bagi orang yang telah meninggal, kebiasaan berhutang, tersedianya uang karena kehetulan mendapat giliran arisan, dsb.
Standard hidup (standard of living)
Standar hidup sering dipakai sebagai ukuran untuk membandingkan tingkat kesejahteraan antara berbagai bangsa (atau antara berbagai golongan didalam batas satu negara). Standar hidup merupakan semacam pedoman tentang apa yang dipandang sebagai taraf hidup (rata-rata) yang layak, wajar atau pantas, oleh karena itu dikejar oleh perorangan/keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu hasil yang diharapkan dalam usaha pembangunan ekonomi nasional adalah meningkatnya taraf hidup masyarakat: kebutuhan dasar terpenuhi secara merata bagi seluruh rakyat (GBHN). Taraf hidup yang kenyataannya tercapai mungkin masih jauh di bawah standar yang digariskan. Taraf hidup menunjukkan pada barang dan jasa yang secara nyata di konsumsi oleh masyarakat. Biaya hidup menunjuk pada jumlah pengeluaran uang untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari.
Salah satu contoh standar hidup minimal adalah Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) seperti yang disusun oleh Departemen Tenaga Kerja. KFM mencakup biaya hidup minimal yang diperlukan (oleh seorang bujangan, keluarga dengan 2 atau 3 anak) agar dapat dj sebut hidup layak. Kenyataannya masih banyak tenaga buruh mendapat upah kurang dan Kebutuhan Fisik Minimum (KFM).
POLA PENGELUARAN KONSUMSI
Untuk mendapatkan pembahasan tentang perilaku konsumen dengan cukup realistik baiklah kita perhatikan bagaimana masyarakat kita mengeluarkan uangnya untuk konsumsi. Diatas sudah disinggung bahwa ada hanyak faktor yang ikut mempengaruhi harga – harga kebutuhan yang ada di masyarakat dan untuk apa para konsumen membelanjakan pendapatan mereka, besarnya kebutuhan anggota keluarga diperlukan kebijaksanaan dalam mengatur keuangan keluarga dan lain-lainnya. Tetapi dalam masyarakat kita faktor yang mungkin terpenting adalah: berapa penghasilan yang tersedia bagi keluarga itu, dan bagaimana pembagian pendapatan nasional di antara para warga masyarakat.
Ukuran yang paling umum dipakai untuk menunj ukkan tingkat kemakmuran suatu bangsa adaiah pendapatan per-kapita, yaitu pendapatan nasional dibagi jumlah penduduk. Pendapatan per-kapita Indonesia pada tahun 1985 telah mencapai sekitar $ 530. Angka ini adalah angka rata-rata, yang belum mengatakan apa-apa mengenai pembagian pendapatan di antara para warga masyarakat. Kenyataannya ada perbedaan yang menyolok dalam hal besarnya pendapatan yang dinikmati oleh berbagai orang dan golongan dalam masyarakat. Juga terdapat perbedaan besar antara daerah kota dengan daerah pedesaan, serta antara daerah yang satu dengan daerah yang lain.
Teori Prilaku Produsen
Tugas pokok seorang produsen adalah: melaksanakan produksi dengan menghasilkan barang dan jasa untuk masyarakat. Pertimbangan produsen dalam menentukan berapa yang akan dihasilkan dan ditawarkan pada perbagai tingkat harga ialah dengan membandingkan hasil dan pengorbanannya.
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu untuk suatu proses produksi, dinyatakan dalam uang menurut harga pasar yang berlaku. Dalarn arti ekonomi, semua balas jasa yang seharusnya dibayarkan kepada para pemilik faktor produksi merupakan biaya, termasuk laba normal.
Tinggi-rendahnya biaya produksi tergantung dari :
Hukum tambahan hasil yang semakin berkurang (Law of Diminishing Returns menyatakan, kalau ada (paling sedikit) satu input yang tetap (misalnya tanah atau pabrik dikombinasikan dengan input variabel (misalnya tenaga kerja) yang setiap kali ditambah dengan satu satuan. maka output atau hasil total (Total Product) akan bertambah juga. tetapi mulai saat tertentu tambahan hasil (Marginal Product) akan menjadi kurang dan proporsional (= diminishing returns meskipun pada permulaan mungkin lebih dan proporsional (= increasing returns).
Bila dinyatakan dalam rupiah, ini berarti bahwa biaya produksi total (TC) suatu saat akan naik dengan lebih dan proporsional (= increasing cost). meskipun pada permulaan kenaikan/tambahan biaya total mungkin kurang proporsional. Dirumuskan dengan kata lain lagi: mulai suatu saat Marginal Cost yaitu bertambahnya biaya total bila produksi ditambah dengan satu satuan. akan semakin meningkat.
Oleh karena itu dalam jangka pendek kurve biaya per satuan (AC) maupun kurve biaya variabel per satuan (AVC) berbentuk seperti U karena pada saat tertentu dengan bertambahnya produksi biaya persatuan semakin naik.
Output atau hasil produksi dijual dipasar dan mendatangkan penenimaan (Revenue).
Perusahaan dikatakan dalam keadaan mengalami “keseimbangan” (equilibrium of the firm) Bila jumlah produksi diatur sedemikian rupa sehingga perusahaan mencapai laba maksimal. Hal tertentu terjadi apabila MC = MR.
Dalam jangka pendek perusahaan mungkin mencapai laba ekonomis (lebih daripada laba normal). Dalam jangka panjang perusahaan yang bekerja di pasar bebas (persaingan) akan dipaksa oleh persaingan untuk berproduksi pada tingkat biaya yang serendah-rendahnya.
Dalam jangka panjang semua sumber daya adalah vaniabel. Memperluas usaha dalam jangka panjang ada keuntungannya (economies of scale) tetapi juga ada kerugiannya dis-ecomies of scale).
Dengan demikian pertimbangan biaya produksi dan penenimaan bersama-sama menentukan Supply suatu perusahaan.
Supply melayani permintaan masyarakat. Jika permintaan masyarakat bertambah, output dapat diperbesar.
Dalam jangka pendek supply agak inelastis. karena produksi hanya dapat diperbesar dengan menambah input variabel atau mengintensifkan pemakaian kapasitas produksi yang ada, sehingga biaya produksi per satuan cenderung naik.
Kurve supply perusahaan sama dengan kurve MC-nya (mulai dari perpotongan kurse AVC dan kurve MC). Dalam jangka panjang supply bersifat elastis. karena cukup waktu untuk menyesuaikan produksi dengan permintaan masyarakat.
Permintaan dan penavaran herasama-sama menentukan harga pasar.
MONOPOLI
PENGERTIAN MONOPOLI
Monopoli ialah keadaan pasar dimana:
Monopoli dapat terjadi karena beberapa alasan:
1. Monopoli yang ditetapkan oleh pemerintah (monopoli negara)
Ada monopoli yang dipegang oleh (perusahaan) negara. misalnya Perum Postel mempunyai monopoli dalam penyelenggaraan pos, telepon dan telekoinunikasi: Bank Indonesia mempunyai hak tunggal untuk mengedarkan uang kertas dan logam: Perum KA mempunyai monopoli dalam hal jasa pengangkutan dengan kereta api; Pertamina untuk distribusi minyak tanah dalarn negeri.
Monopoli dipegang oleh negara berdasarkan pertimbangan kepentingan urnum, misalnya cabang produksi yang penting untuk pertahanan nasional atau yang “menguasai hajat hidup orang banyak”; untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan ekonomi; kerap kali juga berdasarkan pertimbangan ekonomi: lebih baik hanya ada satu sistem telepon, satu sistem kereta api, dsh.
2. Monopoli di kalangan usaha swasta bisa terjadi karena beberapa sebab.
Monopoli “murni” tidak begitu banyak. Yang memang sering kali terjadi adalah “monopoli sebagian”, yaitu satu perusahaan menguasai sebagian besar (tetapi tidak seluruh) suplai suatu barang/jasa. ini terjadi misalnya bila di samping satu perusahaan yang besar masih ada beberapa perusahaan kecil yang rnenghasilkan harang yang sarna, atau monopoli terbatas pada suatu daerah tertentu saja. Suatu perusahaan yang menguasai sebagian besar pasaran sehingga dengan menaikkan atau menurunkan harga jualnya sendiri dapat mempengaruhi harga pasar dikatakan mempunyai kedudukan monopoli.
Sering kali di samping satu perusahaan yang besar masih ada sejumlah perusahaan lain yang sejenis tetapi lebih kecil. Kalau perusahaan yang besar itu menaikkan (atau menurunkan) harga jualnya, perusahaan-perusahaan yang lain terpaksa akan harus ikut. Situasi ini disebut price leadership.
Monopoli belum tentu berarti perusahaan raksasa. Sebab monopoli mungkin terbata hana pada atu daerah, hahkan pada satu pasar saja. Misalnya kalau biaya transport suatu harang relatif tinggi dihandingkan dengan nilai barangnya maka pasaran barang tsb. terbatas dan dengan mudah dapat terjadi bahwa suatu perusahaan mendapat kedudukan monopoli di daerah itu.
Prilaku Produsen Monopolis
Produsen atau penjual yang mempunyai kedudukan monopol’ menguasai (seluruh/sebagian hesar) suplai suatu barang, dan oleh karena itu dapat menentukan sendiri harga jualnya. Maka apa yang akan dilakukan oleh produsen monopolis itu? Dan hagairnana itu berbeda dengan situasi dalarn pasar dengan persaingan murni?
Perbedaan pokok antara monopoli dan persaingan murni adalah dalam hal permintaan yang dihadapi. Dalam persaingan murni produsen/penjual tidak bisa menentukan sendiri harga pasar. karena masing-masing produsen/penjual terlalu kecil dibandingkan dengan seluruh suplai di pasaran. Maka semua harus ‘menerima’ harga pasar yang berlaku (maka disebut “price taker’), dan hanya bisa menyesuaikan jumlah produksinya dengan harga pasar yang berlaku, sambil mencoba menekan biaya produksinya. Tetapi berapapun yang ditawarkan oleh produsen/penjual individual akan dapat terjual pada harga pasar yang berlaku. Dengan kata teknis: P = MR yang bila digambarkan dalam grafik berupa garis horisontal.
Lain halnya apabila hanya ada satu produsen/penjual yang menguaai seluruh (atau sebagian besar dan) suplai barang tertentu (yang tak ada penggantinya yang baik!). Dalam hal ini produsen/penjual yang satu itu harus melayani seluruh permintaan pasar. Karena ia penjual tunggal. maka dia sendirilah yang dapat menentukan berapa yang akan diproduksinya dan berapa harga jualnya. Monopolis mempunyai kedudukan kuat di pasaran. justru karena ia tidak hanya dapat menyesuaikan din dengan harga pasar yang berlaku. tetapi ikut menentukan sendiri harga pasar itu yaitu dengan menentukan harga jualnya sendiri dan atau jumlah outputnya sendiri. Oleh karena itu ia disebut “price setter” atau “price maker”.
Harga setinggi – tingginya
Kerap kali dikatakan: seorang monopolis tentu akan menetapkan harga setinggi mungkin, agar mendapat laba yang sebesar-besarnya. Benarkah pandangan itu?
Harga setinggi-tingginya itu memang suatu kemungkinan. Tetapi harga tinggi belum tentu berarti laba besar Padahal yang penting adalah selisih antara TR dan TC. Sang produsen harus membandingkan penerimaanya (hasil penjualan, jadi TR dan MR) dengan biaya produksi (TC dan MC). Sebab pedoman MC = MR juga berlaku untuk monopolis!
Bentuk kurve-kurve biaya produksi (TC, MC, AC) untuk produsen monopolis pada dasarnya sama saja dengan kurve-kurve biaya produsen lainnya. Tetapi dalam hal penerimaafl (TR dan MR) ada perbedaan yang penting dibandingkan dengan situasi persaingan murni.
Seorang monopolis seorang diri menguasai seluruh suplai suatu barang. Berarti juga seorang din harus melayani seluruh demand. Jadi yang dihadapinya adalah kurve permintaan pasar. Dan kurve permintaan pasar itu turun ke kanan bawah. Artinya pada harga tinggi, jumlah yang mau dibeli oleh masyarakat (= jumlah yang bisa dijual oleh produsen ybs.) hanya sedikit. Memang, monopolis menguasai supply. Tetapi ia tidak menguasai demand dan dia berhak menetapkan sendiri harga jualnya, namun apabila harga jual yang ditetapkan terlalu tinggi akibatnya barang yang terjual sedikit, kalau dia mau menjual lebih banyak maka dia harus menurunkan harga jualnya.
PERSAINGAN MONOPOLISTIK
Bentuk pasar persaingan murni (banyak produsen kecil sehingga masing-masing tidak dapat mempengaruhi harga pasar) maupun monopoli (satu penjual yang menguasai seluruh suplai untuk barang tertentu) merupakan dua bentuk ‘ekstrem’. Kenyataannya bentuk pasar untuk banyak barang (terutama hasil produksi pabrik) berada di tengah-tengah kedua ekstrem tadi. Bentuk pasar di tengah-tengah kedua ekstrim tersebut disebut persaingan monopoli stik.
PENGERTIAN PERSAINGAN MONOPOLISTIK
Bentuk pasar persaingan monopolistik teijadi apabila:
Akibat situasi ini ialah bahwa tidak ada satu harga pasar yang berlaku umum untuk satu macam barang. melainkan bermacam-macam harga untuk bermacam-macarn barang yang sebenarnya sama atau hampir sarna, sehingga sulit bagi konsumen untuk membanding-bandingkan harga. dan keadaan pasar men jadi kurang “sempurna”.
Produsen dalam bentuk pasar ini mempunyai sedikit kebebasan untuk menentukan harga jualnya sendiri. Tetapi tidak sebebas monopolis. Sebab ka!au harganya terlalu jauh menyimpang dan harga barang-barang sejenis, ia akan kehilangan pasarannya, karena masyarakat akan membeli barang pengganti yang lebih murah. Jadi kurve permintaan yang dihadapi oleh perusahaan tidaklah horisontal (seperti dalam persaingan murni) melainkan turun ke kanan-bawah, dan biasanya agak elastis.
Pedoman untuk penentuan jurnlah produksi yang paling menguntungkan sama seperti dalam hal monopoli: Q terbaik adalah dimana MC = MR.
Mengingat adanya persaingan dan bararig-barang yang sejenis, perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik akan dapat memperbesar labanya tidak pertama-tama dengan menaikkan harga jualnya, melainkan dengan menekan biaya-biaya produksi serta meningkatkan efisiensi kerja.
Oligopoli
Suatu bentuk khusus dan persaingan monopolistik adalah oligopoli dan duopoli. ciri khas bentuk pasar OLIGOPOLI adalah bahwa produksi didominasi oleh “hanya sedikit” perusahaan. Misalnya hanya tiga atau empat perusahaan raksasa menguasai schagian besar (70-90%) dan pasaran.
Dalam DUOPOLI hanya ada dua perusahaan yang menguasai seluruh suplai barang tertentu.
Bila jumlah perusahaan/produsen dalam suatu cabang usaha hanya sedikit, mi henarti bahwa masing-masing menguasai pangsa (bagian) pasar yang. cukup besar, sehingga tindakan atau kebijakan perusahaan yang satu mempunyal pengaruh terhadap yang lain-lain, dan sangat mungkin menimbulkan reaksi dan saingannya. Saling pengaruh-mempengaruhi antarperusahaan mi merupakan ciri khas oligopo!i. dan mi sangat mempersu!it analisis teori. Misalnya besarnya MR produsen yang satu tidak tiapat dipastikan, karena juga tergantung dan keputusan saingannya.
Timbulnya bentuk pasar oligopoli disebabkan oleh karena proses produksi menuntut dipergunakannya teknologi modern yang mendorong ke arah produksi secara hesar-besaran. Mungkin juga merupakan akibat merger dimana sejumlah perusahaan yang kecil digabung menjadi satu perusahaan raksasa.
Barang yang dihasilkan atau dijual mungkin sama (untuk bahan mentah seperti haja, timah, minyak), mungkin juga didiferensiasikan, seperti halnya produksi barang konsumsi misalnya mobil, sepeda motor, sabun, rokok. kosmetika, dll. Bila produk diditerensiasikan, biasanya disertai usaha promosi secana besar-besaran pula. Untuk menghindari perang harga, perusahaan-perusahaan oligopolis sering kali mengadakan Untuk menghindari perang harga, perusahaan-perusahaan oligopolis sering kali mengadakan persekongkolan/kesepakatan untuk menaikkan harga bersama-sama. Persekongkolan seperti itu banyak dilarang di banyak negara dengan undang-undang. Di Indonesia masalah persekongkolan sering dipersoalkan, karena kekuasaan besar ada ditangan para manajer perusahaan oligopolis, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi kemakmuran rakyat karena harga barang dibuat permainan.
Harga Pasar
– Jumlah yang mau dibeli di tunjukkan dengan Q d
– Jumlah yang mau dijual di tunjukkan dengan Q s
– Berbagai kemungkinan harga di tunjukkan dengan P
Untuk mengerti bagaimana permintaan dan penawaran bersama-sama menentukan harga pasar, sebagai contoh kita pelajari terbentuknya harga gula kelapa. Dalam masyarakat kita gula kelapa banyak pembelinya dan juga banyak produsen/penjualnya (= bentuk pasar persaingan).
Dalam tabel dibawah mi dikumpulkan hasil pengamatan pasar, yaitu berapa kg gula kelapa yang mau dibeli (Q1) dan berapa kg yang mau dijual (Q) pada berbagai harga (di daerah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu minggu atau satu bulan).
Tabel
Permintaan dan Penawaran Bawang Putih
Angka-angka dan tabel dapat juga digambarkan dalam bentuk sebuah diagram. Karena mengenai barang yang sama, maka jumlah yang mau dibeli (D) dan jumlah yang mau dijual dapat digambarkan dalam satu diagram.
Dan gambar segera tampak bahwa
Dalam “interaksi” dan tawar menawar antara para pembeli diketahui :
a. Pada Posisi Harga Rp 1000,-/kg
Apakah harga Rp 1000,-/kg dapat terjadi? Dapat Sebab memang ada beberapa pembeli yang bersedia membayar harga setinggi itu. Apakah harga Rp l000.- kg akan inenjadi harga pasar yang umum berlaku? Tidak! Mengapa tidak? Karena pada harga kp l000,-/kg para penjual mau menjual 11.000 kg. Tetapi pada harga itu para pembeli hanya mau membeli 5.000 kg/minggu. Jadi ada kelebihan (= surplus) sebanyak 6000 kg yang tak terjual. Supaya barangnya laku (supaya tak perlu disimpan lama, atau dibawa pulang, supaya uangnya segera kembali) tentu akan ada penjual yang bersedia menurunkan harga dan menjual barangnya dengan harga yang Iebih rendah. Oleh karena itu harga Rp 1 000,-/kg tidak akan menjadi harga yang berlaku umum di pasaran.
Situasi seperti ini dengan istilah teknis disebut ‘buyers market’ (pasar dikuasai oleh para pembeli). Para pembeli yang merupakan pihak yang kuat, para penjual berada di pihak yang lemah; mereka mencani-cari pembeli dan untuk itu bersedia menurunkan harga — hal mana menguntungkan bagi pembeli.
b. Pada posisi harga jual Rp 400,- per kg
Sekarang kita teliti harga Rp 400,-/kg. Apakah harga mi bisa menjadi harga pasar Yang berlaku umum? Tidak! Sebab pada harga itu pmbeli mau membeli sebanyak I .000 kg gula per minggu (Qd = 11.000). Tetapi para penjual hanya menyediakan 11.000 kg saja (Qs = 6.000). Jadi ada kekurangan supply (= shortage) sehanyak 5.000 kg/minggu. Dalam situasi mi jelas ada konsumen yang tidak mcndapatkan gula sehanyak yang diinginkan. Maka tentu akan ada pembeli yang berani/ bersedia membayar harga Iebih tinggi. Oleh karena itu harga Rp 400,-/kg tidak bisa menjadi harga pasar yang berlaku umum. dan kalaupun terjadi jual-beli dengan harga itu, pasti tidak bisa tahan lama.
Siluasi pasar ini disehut ‘sellers market’: para penjuallah yang menguasai pasar, sedang para pemheli di pihak yang lemah. Untuk mendapatkan barang, para pembeli bersedia menaikan harga belinya, yang akan menguntungkan para penjual.
c. Pada Harga Rp 600,- per kg
Pada harga Rp 600,-/kg dan hanya pada harga ini jumlah yang mau dibeli (Qd = 8.000 kg/minggu) dan jumlah yang mau dijual (Qs = 8.000 kg/minggu) tepat sama, tidak ada kekurangan dan tak ada kelebihan. Jadi pada harga ini semua pihak mendapat apa yang diinginkan, dan tidak ada alasan untuk menaikkan/menurunkan harga lagi (ceteris parihus). Maka harga Rp 600,- ini disebut harga keseimbangan (Equilibrium price). yaitu harga yang menyeirnbangkan Permintaan dan Penawaran, atau P dimana Qd=Qs.
Kurve Permintaan dan Penawaran
Hal yang sarna dapat juga dianalisis dengan mempergunakan kurve. Untuk itu Gambar 1-8 di atas tadi dilukiskan kembali dalam bentuk kurve permintaan dan penawaran. Lihat gambar 1-9, di mana kurve D dan kurve S dilukiskan pada diagram yang sama. Jumlah (baik Qd maupun Qs) diukur pada sumbu horisontal (sumbu X), sedang harga per satuan diukur pada sumbu tegak (sumbu Y). Perpotongan kedua kurve tsb. menunjukkan harga keseimbangan: pada harga Rp 600,-/kg, maka Qd = Qs = 8.000 kg/minggu.
Elastisitas
Tetapi reaksi konsumen tidak mesti sama untuk perbagai macam barang. Untuk beberapa macam barang para konsumen sangat peka terhadap perubahan harga, artinya:
perubahan harga yang kecil saja sudah menyebabkan jumlah yang mau dibeli berkurang hanyak. Tetapi ada juga barang di mana konsumen hampir tidak peka terhadap pertihahan harga: biarpun harga naik, jumlah yang dibeli hampir tidak berkurang. Untuk menyatakan peka tidaknya jumlah yang mau dibeli terhadap perubahan harga dipergunakan istilah elastisitas, tepatnya elastisitas harga (price elasticity of demand).
PENGERTIAN DAN RUMUS ELASTISITAS PERMINTAAN
Elastisitas (harga) menunjukkan bagaimana reaksi pembeli (dalam hal jumlah yang mau dibeli) bila ada perubahan harga, atau: peka-tidaknya jumluh yang mau dibeli terhadap perubahan harga. Maka agar dapat dibandingkan dua-duanya dinyatakan dalam %
– Jika konsumen peka terhadap perubahan harga suatu barang, permintaan akan barang itu disebut ELASTIS.
Artinya: perubahan harga yang kecil menyebabkan perubahan yang relatif (lebih) besar dalam jumlah yang diminta. Misalnya harga naik dengan 10%. Akibatnya jumlah barang yang mau dibeli berkurang dengan % yang lebih besar, misalnya 20%
– Jika konsumen kurang peka terhadap perubahan harga suatu barang tertentu, permintaan akan barang itu disebut INELASTIS.
Artinya: meskipun kenaikan harga (relatif) cukup besar. namun jumlah yang mau dibeli hampir tidak berkurang; sedang kalau harga barang turun, jumlah yang diminta hampir tidak bertamhah.
Misalnya harga turun 10% menyebabkan pertambahan dalam jumlah yang diminta relatif lebih kecil, misalnya hanya 5%. Hal mi terutama terjadi pada barang-barang kehutuhan hidup pokok seperti beras, garam, dll.
Rumus elastisitas permintaan
Elastisitas permintaan dapat diukur dan dinyatakan dalam suatu angka yang dinyatakan dalam koefisien elastisitas. Besar-kecilnya koefisien elastisitas permintaan dapat dihitung dengan bantuan suatu rumus yang sederhana.
Rumus umum untuk elastisitas permintaan adalah sbb:
Ketentuan Elastisitas
*****
Share this:
Disamping menggunakan asumsi umum teori ekonomi dan asumsi asumsi khusus teori ekonomi mikro, seperti yang telah diuraikan di atas, kita juga menggunakan asumsi-asumsi yang lebih khusus lagi yaitu asumsi-asumsi yang hanya dipergunakan dalam model-model analisa tertentu.
Prilaku Konsumen
Konsumsi adalah titik pangkal dan tujuan akhir seluruh kegiatan ekonomi masyarakat. Kalau produksi diartikan “menciptakan utility” dalam bentuk harang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan manusia, maka konsumsi berarti memakai/menggunakan utility itu untuk memenuhi kebutuhan.
Mungkin saja terjadi orang dapat memenuhi (sebagian) kebutuhannya dengan jalan langsung dan mudah. Bila kita tinggal mengambil ubi atau sayuran dan kebun sendiri, proses produksi dan konsumsinya sederhana. Tetapi dalam masyarakat modern. dengan pembagian kerja dan penggunaan Hak. proses tersebut menjadi jauh lebih berbelit-belit. Orang harus mencari pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan, kemudian dan penghasilannya itu baru dapat membeli barang dan jasa yang dihutuhkan. Meskipun jelas betapa penting konsumsi itu, namun dalam teori ekonomi masalah konsumsi lama sekali diabaikan. Asal ada barang yang dihasilkan, tentu akan ada orang yang mau membelinya, kira-kira demikianlah cara berpikir orang. Maka perhatian para ahli ekonomi lebih diarahkan pada segi produksi dan segala persoalannya. Tetapi pada jaman modern semakin jelas bahwa tidak selalu ada permintaan akan barang yang dihasilkan. Produksi massa juga memerlukan konsumsi massa. Oleh karena itu para produsen mulai mencari jalan bagaimana dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli barangnya. Maka timbullah usaha marketing, sales promotion dan periklanan.
Teori Utilitas
Dalam ekonomi, utilitas adalah jumlah dari kesenangan atau kepuasan relatif (gratifikasi) yang dicapai. Dengan jumlah ini, seseorang bisa menentukan meningkat atau menurunnya utilitas, dan kemudian menjelaskan kebiasaan ekonomis dalam koridor dari usaha untuk meningkatkan kepuasan seseorang. Unit teoritikal untuk penjumlahan utilitas adalah util.
Doktrin dari utilitarianisme ,elihat maksimalisasi dari utilitas sebagai kriteria moral untuk organisasi dalam masyarakat. Menurut para utilitarian, seperti Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1876), masyarakat harus bertujuan untuk memaksimalisasikan jumlah utilitas dari individual, bertujuan untuk “kebahagiaan terbesar untuk jumlah terbesar”.
Dalam ekonomi neoklasik, rasionalitas didefinisikan secara tepat dalam istilah dari kebiasaan maksimalisasi utilitas dibawah keadaan ekonomi tertentu. Sebagai kebiasaan usaha hipotetikal, utilitas tidak membutuhkan adanya keadaan mental seperti kebahagiaan, kepuasan, dll.
Utilitas digunakan oleh ekonom dalam konstruksi sebagai kurva indiferen, yang berperan sebagai kombinasi dari komoditas yang dibutuhkan oleh individu atau masyarakat untuk mempertahankan tingkat kepuasan. Utilitas individu dan utilitas masyarakat bisa dibuat sebagai variabel tetap dari fungsi utilitas (contohnya seperti peta kurva indiferen) dan fungsi kesejahteraan sosial. Ketika dipasangkan dengan komoditas atau produksi, fungsi ini bisa mewakilkan efisiensi Pareto, yang digambarkan oleh kotak Edgeworth dan kurva kontrak. Efisiensi ini merupakan konsep utama ekonomi kesejahteraan.
Teori Preferensi Konsumen
Suatu unit konsumen, individu/perorangan atau rumah tangga/kelompok, akan mendapatkan kepuasan (satisfaction) atau guna (Utility) karena mengkonsumsi sejumlah komodity dalam periode waktu tertentu. Sejumlah komodity yang dikonsumsi oleh satu unit konsumen dalam satu periode waktu tertentu disebut kumpulan komodity (a community bundle).
Dari kumpulan komodity tersebut tersusun daftar urutan komodity yang, dari daftar urutan komodity tersebut konsumen memilih mana yang akan dikonsumsi dan mana yang belum saatnya dikonsumsi. Dengan kata lain setiap unit konsumen harus dapat menentukan daftar urutan preferensi (order of preference) komodity yang ada.
Dalam menentukan urutan preferensi tersebut, syarat-syarat berikut harus terpenuhi yaitu :
Untuk setiap dua unit untai komodity, misalnya A dan B, bila A memberi kepuasan yang lebih besar disbanding B, maka A harus dipilih dan bukan B ( A is Preference to B ) begitu juga sebaliknya , bila B memberi kepuasan yang lebih besar dibanding A, maka B harus dipilih dan bukan A ( B is Preference to A ).
Bila harus A dipilih dan bukan B, sedang B harus dipilih bukan C, maka A harus dipilih dan bukan C. jadi dalam menemukan preferensi, berlaku hubungan yang bersifat transitif.
Bila untaian komodity A terdiri unsure-unsur yang sama dengan B, sedangkan untuk unsurnya untaian A lebih besar dari B , maka A harus dipilih dan bukan B. tetapi bila hanya sebagian yang lain lebih kecil atau sama, maka tidak dapat dikatakan begitu saja bahwa A harus dipilih dan bukan B.
Persoalan ekonomi konsumen
Pokok persoalan ekonomi yang dihadapi oleh setiap orang dan setiap keluarga dapat dirumuskan: orang ingin hidup layak sebagai manusia dan sebagai warga masyarakat. Untuk itu dibutuhkan bermacam-macam barang dan jasa: makanan, pakaian, rumah, obat, sepatu, radio, pengangkutan ini semua tidak ‘gratis jatuh dan langit, melainkan harus dibeli, karena harus diproduksi dahulu. Untuk dapat membeli semuanya itu diperlukan uang, sebab kita harus membayar harganya.
Jadi seorang konsumen atau suatu keluarga di satu pihak berhadapan dcngan Kebutuhan-Kebutuhan Hidup yang harus dipenuhi, dan yang menentukan apa dan berapa yang ingin dibeli. Dilain pihak dihadapkan dengan Harga Yang Harus Dibayar serta Terbatasnya Penghasilan yang membatasi apa dan berapa yang dapat dibeli.
Maka persoalannya ialah: bagaimana dengan penghasilan yang tertentu dan terbatas orang dapat memenuhi semua kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan sebaik mungkin.
Menghadapi persolan ini, seorang konsumen harus bertindak bijaksana dalam mempergunakan dan membelanjakan uangnya. Bertindak ekonomis diartikan “mempertimbangkan hasil dan pengorbanan “.
Hasil yaitu terpenuhnya kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan, yaitu karena kegunaan harang/jasa yang dikonsumsikan. Terpenuhinya kebutuhan itu menimbulkan suatu rasa kepuasan, Maka hasil yang kita peroleh dan konsumsi barang/jasa biasanya disebut kepuasan (satisfaction) Kemampuan barang/jasa untuk memenuhan kebutuhan manusii disebut (utility).
Pengorbanan yaitu harga yang harus dibayar atau ‘usaha’ (kerja, waktu, dll.) yang perlu dicurahkan untuk memperoleh harang/jasa yang dibutuhkan. Demikianlah pola kebutuhan, bersama dengan besarnya penghasilan dan tingkat harga menentukan bagaimana para konsumen membelanjakan uangnya. Jika ada perubahan dalain pola kebutuhan keluarga (apa dan berapa yang dibutuhkan, misalnya karena ada tambahan anggota keluarga) atau perubahan dalam tingkat harga barang, atau dalam besarnya penghasilan, maka akan ada pula perubahan dalam pengeluaran para konsumen, agar kebutuhan konsumen terpenuhj sebaik mungkin atau secara Optimal
Persoalan ekonomi rumah tangga : Kita mau menyelidiki apa pertimbangan-pertimbangan konsumen dalam membelanjakan uang penghasilannya, dan berapa yang akan dibelinya pada berbagai tingkat harga. Hal ini penting sekali, tidak hanya demi kesejahteraan keluarga kita sendiri saja, tetapi juga untuk masyarakat sebagai keseluruhan. Sebab pembelanjaan para konsumen ikut menentukan apa dan berapa yang dihasilkan oleh dunia produksi. Dan ini selanjutnya berpengaruh terhadap kesempatan kerja dan tingkat pendapatan nasional. Sebab produksi dan konsumsi saling berhubungan.
Teori perilaku konsumen
Pada dasarnya ada dua model atau pendekatan dalam teori yang mau menjelaskan perilaku konsumen, yaitu yang dikenal dengan nama Marginal Utility dan indiferensi. Dua-duanya pada dasarnya mencoba menjelaskan hukum permintaan, dengan cara menelusuri apa yang ada di balik kurve permintaan itu (yang tidak dan belum dijelaskan dengan income-effect dan substitution effect).
Teori UTILITY berpangkal dan ‘hasil’ yang diperoleh konsumen bila ia membelanjakan uangnya untuk membeli barang dan jasa, yaitu terpenuhnya kebutuhan karena utility atau manfaat barang yang dikonsumsikan. Menurut teoni ini seorang konsumen yang bertindak secama rasional akan membagi-bagikan pengeluarannya atas bermacam-ragam barang sedemikian rupa sehingga tambahan kepuasan yang diperoleh per rupiah yang dibelanjakan itu sebesar mungkin.
Teori INDIFERENSI merupakan penyempurnaan dari teori utility tetapi mendekati pokok persoalan yang sama dengan cara yang sedikit berbeda. Menurut teori ini seorang konsumen akan membagi-bagi pengeluarannya atas berbagai macam barang sedemikian rupa sehingga ia mencapai taraf pemenuhan kebutuhan yang terbaik ( maksimal atau optimal) yang mungkin dicapainya sesuai dengan penghasilan yang tersedia dan harga-harga yang berlaku. Situasi yang paling cocok ( equilibrium) tercapai kalau penilaian subyektif konsumen terhadap barang itu sesuai dengan harga obyektif yang berlaku dalam masyarakat.
Anggapan-anggapan
Dalam menganalisis perilaku konsumen, para ahli ekonomi biasanya mengandaikan hal-hal berikut ini:
- bahwa para konsumen sudah mengetahui sendiri apa yang dibutuhkan dan apa yang mau dibelinya;
- bahwa konsumen dapat mengatur (membanding-bandingkan dan mengurutkan) kebutuhan-kebutuhannya menurut penting atau mendesaknya.
- bahwa para konsumen benusaha mencapai taraf pemenuhan kebutuhan yang “sebaik mungkin” (optimal) atau setinggi-tingginya (maksimal).
- bahwa barang yang satu, sampai batas tertentu, dapat menggantikan barang yang lain ( substitusi ).
KONSUMEN DAN MANFAAT BARANG UTILITY
Seorang konsumen yang bertindak ekonomis pasti mempertimbangkan pengorbanan, yaitu HARGA yang harus dihayar, dan hasil, yailu MANFAAT atau kepuasan yang diperoleh dari pengeluaran uang itu. Dalam hal ini akan ditinjau segi yang kedua, yaitu kepuasan yang ditimbulkan oleh manfaat (utility) barang/jasa yang dikonsumsikan. Sebab ternyata ada hubungan tertentu antara jumlah barang yang dikonsumsikan dan manfaat kepuasan yang diperoleh daripadanya. Hal ini berpengaruh terhadap perilaku konsumen, khususnya berapa yang akan dibelinya dari harang/jasa tertentu.
Untuk mempermudah pengertian, kita pelajari dahulu bagaimana peri-laku konsumen terhadap satu macam barang saja. Dalam hal ini pertimbangan besarnya penghasilan tidak begitu menentukan, sehingga perhatian sepenuhnya dapat dicurahkan pada persoalan perbandingan harga barang dan manfaatnya hagi konsumen. Kemudian dilengkapi dengan memperhatikan perilaku konsumen terhadap berbagai macam barang. dimana besarnya pendapatan serta pembagian pendapatan atas berbagai macam barang itu akan mendapat sorotan.
HUKUM TAMBAHAN KEPUASAN YANG TIDAK PROPORSIONAL
Pertanyaan pertama yang harus dijawab ialah: apa yang terjadi dengan kepuasan, jika kita membeli lebih banyak dari suatu barang tertentu? Dilihat sepintas kilas, jawaban atas pertanyaan tsb. jelas: Kalau jumlah barang yang dikonsumsikan bertarnbah hanyak, kepuasan yang diperoleh dari konsumsi barang tsb. tentunya akan bertambah juga, karena kebutuhan kita semakin terpenuhi.Tetapi pengalaman mungkin menunjukkan lain!
Hubungan antara jumlah dan kegunaan suatu barang
Kalau seseorang hanya mempunyai satu baju yang baik, maka manfaat baju yang satu itu (dan penilaiannya terhadap baju itu) amat besar. Kalau baju yang satu itu sobek, ia akan sungguh merasa susah. Apakah Ia segera akan membeli baju lain? Tentu. Karena sungguh dibutuhkan. Meskipun harus membayar harga cukup mahal.
Tetapi kalau masih ada persediaan 10 baju yang baik di almari, manfaat dan satu potong baju itu tidak dirasakan begitu besar. Kalau ada satu yang sobek, mungkin ditanggapi dengan “nggak apa-apa, kan masih banyak lainnya”. Apakah ia segera akan membeli satu lagi? Untuk apa? Lebih baik uang dipakai untuk membeli yang lain-lain.
Demikian halnya dengan banyak barang lain pula: pakaian, sepatu, makanan, radio, mobil, bahkan juga dengan uang untuk orang yang kaya uang Rp 10.000.- boleh dikatakan tak berarti, tetapi untuk orang miskin sangat berarti.
Dari contoh-contoh ini ternyata ada suatu hubungan tertentu antara jumlah barang yang dikonsumsikan perjangka waktu tertentu dengan manfaat/utility barang itu bagi kita. Jika jumlah barang yang dikonsumsikan (perjangka waktu tertentu) bertambah banyak, kepuasan kita juga akan bertambah. tetapi belum tentu secara proporsional.
Utility atau daya-guna suatu barang, yang sebenarnya berarti kemampuan barang tersebut untuk memenuhi suatu kebutuhan manusia. Produksi menciptakan kemampuan tersebut. Tetapi baru dirasakan apabila barang itu dikonsumsikan. (oleh karena itu pengertian utility dalam analisis perilaku konsumen berarti. Manfaat yang dirasakan dan konsumsi suatu barang/jasa, kepuasan yang diperoleh daripadanya. dan dengan demikian juga penghargaan konsumen terhadapnya. Jadi utility itu nierupakan sesuatu yang subyektif, tergantung orangnya atau melekat pada diri konsumen, yaitu sejauh mana kebutuhannya terpenuhi dengan konsumsi barang/jasa tertentu.
Kepuasan total dan kepuasan marginal
Untuk lebih dapat memahami hal itu, kita selidiki apa yang terjadi dengan kepuasan (= “utility” yang dirasakan konsumen) apabila jumlah barang tertentu yang dikonsumsikan (dalam jangka waktu tertentu) setiap kali ditambah dengan satu satuan akan mengurangi nilai kepuasan dari barang itu. Sebagai contoh kita ambil: jumlah gelas teh yang diminum oleh seorang guru persatuan hari kerja.
Setelah bicara di muka kelas selarna sekian jam pelajaran, pak guru merasa haus. Syukur di kamar guru disediakan minuman teh. Satu gelas teh dirasakan amat besar manfaat utility-nya. Kalau disediakan lebih dan satu gelas, pak guru juga mau. Tetapi minum enam atau tujuh gelas teh tidak perlu. Gelas teh ke-5 saja sudah tidak ada gunanya bagi pak guru. karena sudah tidak memenuhi suatu kebutuhan.
Hubungan antara jumlah barang yang dikonsumsikan (dalam contoh ini: jumlah gelas teh yang diminum per han kerja) dan kepuasan yang diperoleh dan konsumsi untuk yang dengan istilah teknis kita sebut utility, supaya lebih kelihatan hagaimana ‘jalannya’ kepuasan jika konsumsi ditamhah. Untuk itu pada sumbu horisontal (sumbu X) kita ukur banyaknya barang yang dikonsumsikan (per jangka waktu tertentu), sedang pada sumbu tegak (sumbu Y) diukur tinggi rendahnya kepuasan atau utility.
Dengan minum satu gelas teh per han kerja, pak guru mendapat kepuasan tertentu. Sebenarnya kepuasan itu hal yang subyektif sekali yang sukar dikuantitatifkan: namun kita gambarkan seakan-akan dapat diukur secara tepat, misalnya 6 satuan utility.
Dengan minum satu gelas lagi ( gelas ke-2), maka kepuasan (total) bertarnbah minum dua gelas lebih puas daripada minum satu gelas saja, meskipun mungkin sukar dikatakan berapa lebih puasnya. Katakan saja gelas ke-2 menyumbangkan kepuasan/ utility sebesar 4 satuan. Dengan demikian kepuasan total menjadi 10 satuan (6+ 4), yaitu karena gelas ke-2 menambahkan 4 satuan utility.
Hukum Gossen ke-I atau LDMU
Gejala tambahan kepuasan yang tidak proporsional ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi Jerman yang bernarna Hermann Heinrich Gossen (1810-1859), kemudian dikembangkan oleh W.S.Jevons, K. Menger, L. Wairas dan A. Mar shall. Sekarang dikenal dengan narna Hukum Gossen ke-I atau Law of Diminishing Marginal Utility (LMDU).
Hukum tersebut dapat dirumuskan sbb.
Jika jumlah suatu harang yang dikonsumsikan dalain jangka waktu tertentu ditambah, maka kepuasan total (Total Utility) yang diperoleh memang bertambah, tetapi mulai saat tertentu Marginal Utility (tambahan kepuasan yang diperoleh jika konsumsi ditambah dengan satu satuan) semakin berkurang.Dengan kata lain tambahan kepuasan (yang diperoleh dan tambahan jumlah barang yang dikonsumsikan itu) tidak proporsional (= tidak sebanding) dengan tambahan jumlah barang yang dikonsumsikan.
Dikatakan “mulai saat tertentu” karena mungkin terjadi tambahan kepuasan yang diperoleh dan unit ke-2 lebih besar daripada yang diperoleh dan unit ke- I. Tetapi pada suatu saat hukum mi akan mulai berlaku pula.
Gejala tambahan kepuasan yang tidak proporsional ini sebenarnya merupakan gejala psikologis. Namun mempunyai akibat yang penting di bidang ekonomi, karena berpengaruh terhadap tingkah-laku konsumen dan bentuk kurve permintaan, dan dengan demikian pula terhadap harga barang.
MARGINAL UTILITY DAN HARGA BARANG
Jika konsumsi ditambah dengan satu satuan, Marginal Utility (tambahan kepuasan yang diperoleh dari tambahan satu satuan barang itu) akan semakin berkurang.Tetapi menambah konsumsi dengan satu satuan itu umumnya tidak ‘gratis’. Barang yang dikonsumsi itu harus dibeli dan dibayar.
Maka dalam mempertimbangkan apakah konsumsi akan ditambah lagi dengan satu satuan (dalam arti membeli Iebih banyak dan barang yang sama), seorang konsumen yang rasional mesti mempertimbangkan:
Hasil = tambahan kepuasan yang dipenoleh = Marginal Utility
PENGORBANAN = tambahan biaya = harga yang harus dibayar
Paradox of value
Pengertian Marginal Utility merupakan kunci untuk memecahkan pertanyaan atau teka-teki yang sangat terkenal dalam sejarah ilmu ekonomi, yang telah diajukan oleh Adam Smith tetapi tidak dapat dijawabnya: Apa sebabnya air yang merupakan barang yang sangat berguna bahkan mutlak perlu untuk hidup tidak berharga, sedangkan batu intan yang manfaatnya sangat terbatas dan tidak perlu untuk hidup justru tinggi sekali harganya?? Kelihatannya mi sesuatu yang bertentangan (maka disebut “paradox”). Kan untuk memperoleh barang yang berguna kita mesti harus membayar harga yang tinggi.
Jawaban atas teka-teki tersebut harus dicari dalam pcrbcdaan antara Total Utility dan Marginal Utility. Utility Total dan air holeh dikata tak tcrhingga. Tetapi umumnya air tersedia dalam jumlah yang begitu melimpah sehingga Marginal Utilitynya praktis sama dengan 0. Padahal, penilaian orang terhadap air itu ditentukan oleh satuan terakhir (marginal): kalau air melimpah, kehilangan beberapa unit dinilai tidak apa-apa.
Tetapi situasi mi berubahjika air menjadi barang Iangka, seperti di daerah-daerah yang kekurangan air. Disana air minum per liter mungkin lehih mahal daripada bensin per liter. Karenajumlah yang tersedia hanya sedikit, setiap liter air menjadi barang ber harga, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang paling penting seperti untuk minum dan niemasak.
Batu intan sebaliknya sangat langka, dan untuk memperolehnya, apalagi untuk me nambahnya diperlukan biaya yang tidak sedikit. Maka Maunya tinggi, dan orang ber sedia membayar harga yang mahal untuk memperolehnya.
lngatjuga perbedaan antara barang ekonomi dan barang bebas. Barang ekonomi adalah terbatas, tersedia dalam jumlah yang kurang daripada yang dibutuhkan untuk semua orang, dan perlu diusahakan. Oleh karena itu diperjual belikan dengan harga tertentu. Tetapi barang bebas tersedia dalam jumlah melimpah sehingga tidak ada harganya dan tidak diperjualbelikan. Total Utilitynya mungkin sangat hesar, tetapi Marginal Utililty sama dengan 0.
Hukum Gossen ke-Il atau keseimbangan konsumen
Prinsip dasar dirumuskan dalam Hukum Gossen ke-Il, yang pada pokoknya mengatakan:
”Seorang konsumen yang bertindak rasional akan membagi-bagi pengeluaran uangnva untuk membeli berbagai macam barang sedemikian rupa sehingga kebutuhan-kehutuhannva terpenuhi secara seimbang, artinya sedemikian rupa sehingga rupiah terakhir yang dibelanjakan untuk membeli sesuatu memberikan marginal utility yang sama, entah dikeluarkan untuk membeli barang yang satu atau untuk membeli barang yang lain”.
Jalan pikiran dapat diringkas sebagai berikut :
Keputusan untuk membeli suatu barang tertentu (banang A) didasarkan atas perbandingan antara Marginal Utility (manfaat, kepuasan) yang diperoleh dan konsumsi barang tersebut, dan harga yang harus dihayar untuk memperolehnya. Perbandingan tersebut. dapat ditulis : atau dengan kata lain: MU per Rp yang dikeluarkan.
Faktor-faktor yang ikut mempengaruhi perilaku konsumen
1. Faktor individual : Setiap orang mempunyai sifat, bakat, minat, motivasi dan selera sendiri. Pola konsumsi mungkin juga dipengaruhi oleh faktor emosional. Sebagian hal ini memerlukan bantuan ilmu psikologi untuk menjelaskannya. Tetapi ada juga faktor obyektif, seperti umur, kelompok umur (anak, remaja, dewasa, berkeluarga) dan lingkungan yang mempengaruhi tidak hanya apa yang dikonsumsikan tetapi juga kapan, berapa, model-modelnya, dan sebagainya.
2. Faktor ekonomi: Selain harga barang, pendapatan konsumen dan adanya sub stitusi, dan ada beberapa hal lain yang ikut berpengaruh terhadap permintaan sese orang/keluarga:
- lingkungan fisik (panas, dingin, basah, kering, dan sebagainya.)
- kekayaan yang sudah dimiliki
- pandangan/harapan mengenai penghasilan di masa yang akan datang dan besarnya jumlah keluarga (keluarga inti, program KB)
- tersedia atau tidak kredit murah untuk konsumsi (koperasi,bank)
4. Faktor kebudayaan, Pertimbangan berdasarkan agania dan adat kebiasaan dapat membuat keputusan untuk konsumsi jauh berbeda dengan apa yang diandakan dalarn teori. Misalnya keperluan korban, pakaian, peringatan han ke-7, ke-35, ke 100, dan ke- 1000 bagi orang yang telah meninggal, kebiasaan berhutang, tersedianya uang karena kehetulan mendapat giliran arisan, dsb.
Standard hidup (standard of living)
Standar hidup sering dipakai sebagai ukuran untuk membandingkan tingkat kesejahteraan antara berbagai bangsa (atau antara berbagai golongan didalam batas satu negara). Standar hidup merupakan semacam pedoman tentang apa yang dipandang sebagai taraf hidup (rata-rata) yang layak, wajar atau pantas, oleh karena itu dikejar oleh perorangan/keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu hasil yang diharapkan dalam usaha pembangunan ekonomi nasional adalah meningkatnya taraf hidup masyarakat: kebutuhan dasar terpenuhi secara merata bagi seluruh rakyat (GBHN). Taraf hidup yang kenyataannya tercapai mungkin masih jauh di bawah standar yang digariskan. Taraf hidup menunjukkan pada barang dan jasa yang secara nyata di konsumsi oleh masyarakat. Biaya hidup menunjuk pada jumlah pengeluaran uang untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari.
Salah satu contoh standar hidup minimal adalah Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) seperti yang disusun oleh Departemen Tenaga Kerja. KFM mencakup biaya hidup minimal yang diperlukan (oleh seorang bujangan, keluarga dengan 2 atau 3 anak) agar dapat dj sebut hidup layak. Kenyataannya masih banyak tenaga buruh mendapat upah kurang dan Kebutuhan Fisik Minimum (KFM).
POLA PENGELUARAN KONSUMSI
Untuk mendapatkan pembahasan tentang perilaku konsumen dengan cukup realistik baiklah kita perhatikan bagaimana masyarakat kita mengeluarkan uangnya untuk konsumsi. Diatas sudah disinggung bahwa ada hanyak faktor yang ikut mempengaruhi harga – harga kebutuhan yang ada di masyarakat dan untuk apa para konsumen membelanjakan pendapatan mereka, besarnya kebutuhan anggota keluarga diperlukan kebijaksanaan dalam mengatur keuangan keluarga dan lain-lainnya. Tetapi dalam masyarakat kita faktor yang mungkin terpenting adalah: berapa penghasilan yang tersedia bagi keluarga itu, dan bagaimana pembagian pendapatan nasional di antara para warga masyarakat.
Ukuran yang paling umum dipakai untuk menunj ukkan tingkat kemakmuran suatu bangsa adaiah pendapatan per-kapita, yaitu pendapatan nasional dibagi jumlah penduduk. Pendapatan per-kapita Indonesia pada tahun 1985 telah mencapai sekitar $ 530. Angka ini adalah angka rata-rata, yang belum mengatakan apa-apa mengenai pembagian pendapatan di antara para warga masyarakat. Kenyataannya ada perbedaan yang menyolok dalam hal besarnya pendapatan yang dinikmati oleh berbagai orang dan golongan dalam masyarakat. Juga terdapat perbedaan besar antara daerah kota dengan daerah pedesaan, serta antara daerah yang satu dengan daerah yang lain.
Teori Prilaku Produsen
Tugas pokok seorang produsen adalah: melaksanakan produksi dengan menghasilkan barang dan jasa untuk masyarakat. Pertimbangan produsen dalam menentukan berapa yang akan dihasilkan dan ditawarkan pada perbagai tingkat harga ialah dengan membandingkan hasil dan pengorbanannya.
- Hasil berupa barang dan jasa, yaitu produk atau output, yang dinilai dalam uang menurut harga pasar menjadi penerimaan.
- Pengorbanan yaitu faktor-faktor produksi yang digunakan sebagai input, dinilai dalam uang menurut harga pasar menjadi biaya produksi.
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu untuk suatu proses produksi, dinyatakan dalam uang menurut harga pasar yang berlaku. Dalarn arti ekonomi, semua balas jasa yang seharusnya dibayarkan kepada para pemilik faktor produksi merupakan biaya, termasuk laba normal.
Tinggi-rendahnya biaya produksi tergantung dari :
- harga input faktor produksi
- Persentase dari kapasitas produksi yang dipergunakan (berhubungan dengan biaya tetap persatuan)
- Perbandingan (proporsionalitas) antara faktor-faktor produksi serta kombinasinya.
- Besar-kecilnya luas usaha.
- Biaya tetap (Fixed Cost = FC) >>Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah jika ada perubahan dalam jumlah output hasil produksi (sampai pada batas tertentu).
- Biaya variabel (Variahel Cost = VC). Biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah tergantung besar-kecilnya jumlah produk yang dihasilkan.
- Biaya total (Total Cost = TC) adalah jumlah biaya tetap dan biaya variabel.
Hukum tambahan hasil yang semakin berkurang (Law of Diminishing Returns menyatakan, kalau ada (paling sedikit) satu input yang tetap (misalnya tanah atau pabrik dikombinasikan dengan input variabel (misalnya tenaga kerja) yang setiap kali ditambah dengan satu satuan. maka output atau hasil total (Total Product) akan bertambah juga. tetapi mulai saat tertentu tambahan hasil (Marginal Product) akan menjadi kurang dan proporsional (= diminishing returns meskipun pada permulaan mungkin lebih dan proporsional (= increasing returns).
Bila dinyatakan dalam rupiah, ini berarti bahwa biaya produksi total (TC) suatu saat akan naik dengan lebih dan proporsional (= increasing cost). meskipun pada permulaan kenaikan/tambahan biaya total mungkin kurang proporsional. Dirumuskan dengan kata lain lagi: mulai suatu saat Marginal Cost yaitu bertambahnya biaya total bila produksi ditambah dengan satu satuan. akan semakin meningkat.
Oleh karena itu dalam jangka pendek kurve biaya per satuan (AC) maupun kurve biaya variabel per satuan (AVC) berbentuk seperti U karena pada saat tertentu dengan bertambahnya produksi biaya persatuan semakin naik.
Output atau hasil produksi dijual dipasar dan mendatangkan penenimaan (Revenue).
- >>Penerimaan total (Total Revenue = TR) adalah jumlah produk dikalikan dengan harga jualnya (TR = P x Q).
- >>Bila TR lebih besar daripada biaya total (TC), perusahaan memperoleh laha. Sebaliknya bila TR Iehih rendah daripada TC perusahaan mengalansi kerugian.
- >>Apabila TR = IC perusahaan tidak mengalami rugi dan juga tidak mendapatkan laba. Situasi itu disebut Break-even atau Titik Impas.
Perusahaan dikatakan dalam keadaan mengalami “keseimbangan” (equilibrium of the firm) Bila jumlah produksi diatur sedemikian rupa sehingga perusahaan mencapai laba maksimal. Hal tertentu terjadi apabila MC = MR.
Dalam jangka pendek perusahaan mungkin mencapai laba ekonomis (lebih daripada laba normal). Dalam jangka panjang perusahaan yang bekerja di pasar bebas (persaingan) akan dipaksa oleh persaingan untuk berproduksi pada tingkat biaya yang serendah-rendahnya.
Dalam jangka panjang semua sumber daya adalah vaniabel. Memperluas usaha dalam jangka panjang ada keuntungannya (economies of scale) tetapi juga ada kerugiannya dis-ecomies of scale).
Dengan demikian pertimbangan biaya produksi dan penenimaan bersama-sama menentukan Supply suatu perusahaan.
Supply melayani permintaan masyarakat. Jika permintaan masyarakat bertambah, output dapat diperbesar.
Dalam jangka pendek supply agak inelastis. karena produksi hanya dapat diperbesar dengan menambah input variabel atau mengintensifkan pemakaian kapasitas produksi yang ada, sehingga biaya produksi per satuan cenderung naik.
Kurve supply perusahaan sama dengan kurve MC-nya (mulai dari perpotongan kurse AVC dan kurve MC). Dalam jangka panjang supply bersifat elastis. karena cukup waktu untuk menyesuaikan produksi dengan permintaan masyarakat.
Permintaan dan penavaran herasama-sama menentukan harga pasar.
MONOPOLI
PENGERTIAN MONOPOLI
Monopoli ialah keadaan pasar dimana:
- hanya ada satu produsen/penjual yang menguasai seluruh suplai suatu barang/jasa tertentu;
- barang/jasa yang dijual fidak ada pen gganti (substitut) yang baik;
- pasaran atau bidang usaha tbs. tak dapat (atau sulit sekali) dimasuki pihak lain (ada entry barriers rintangan untuk memasuki bidang itu).
Monopoli dapat terjadi karena beberapa alasan:
1. Monopoli yang ditetapkan oleh pemerintah (monopoli negara)
Ada monopoli yang dipegang oleh (perusahaan) negara. misalnya Perum Postel mempunyai monopoli dalam penyelenggaraan pos, telepon dan telekoinunikasi: Bank Indonesia mempunyai hak tunggal untuk mengedarkan uang kertas dan logam: Perum KA mempunyai monopoli dalam hal jasa pengangkutan dengan kereta api; Pertamina untuk distribusi minyak tanah dalarn negeri.
Monopoli dipegang oleh negara berdasarkan pertimbangan kepentingan urnum, misalnya cabang produksi yang penting untuk pertahanan nasional atau yang “menguasai hajat hidup orang banyak”; untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan ekonomi; kerap kali juga berdasarkan pertimbangan ekonomi: lebih baik hanya ada satu sistem telepon, satu sistem kereta api, dsh.
2. Monopoli di kalangan usaha swasta bisa terjadi karena beberapa sebab.
- Sebab utama munculnya monopoli adalah faktor skala ekonomi (econoinicc of scale), yang memungkinkan produksi besar-besaran dengan biaya produksi per sattian yang lebih rendah. Ada beberapa cabang produksi yang memenlukan modal dalam jumlah yang begitu besar, sehingga praktis tidak mungkin dilaksanakan olch hanyak produsen, dan lebih efisien dikerjakan otch satu perusahaan saja. Apalagi bila luas pasar tidak begitu besar. Misalnya pabrik baja, pabnik kapal terbang.
- Karena satu perusahaan menguasai (control) pengadaan atau pasar suatu sumber daya alam tertentu, misalnya bahan galian tertentu hanya ditemukan disatu daerah tertentu; keadaan alamliklim khusus sepenti sumber air, pantai indah, jenis temhakau tertentu, atau juga keahlian istimewa yang tidak dapat ditiru (bintang film, seniman, dll.). Dewasa ini perlu ditambahkan bila satu perusahaan menguasai suatu teknologi tertentu yang dilindungi oleh hak patent. Keunggulan leknologi clapat memberikan kedudukan monopoli (sernentara) kepada perusahaan yang menjadi pelopor pemhaharuan (=inovasi) hasil penelitian dan pengembangan (litbang) haikitU produk-produk baru atau teknik produksi sang lehih efisien. Kedudukan monopoli mi tentu saja mendorong perusahaan lain untuk meniru teknik produksi barn Itu atau mnenghasilkan produk yang lebih unggul lagi Dengan dernikian kedudukan monopoli karena keunggulan teknologi ini dapat tersisihkan oleh pendatang haru.
- Karena diberi kedudukan monopoli oleh pemerintah atau undang-undang, misalnya hak cipta, hak patent, Haki (= hak atas karya ilmiah atau penemuan ilmiah yang selama sekian tahun tidak boleh ditiru oleh pihak lain). Juga hak konsesi untuk eksploitasi sumber-sumber alam atau bahan galian tertentu. Bisa juga lembaga tertentu diberi hak tunggai untuk mengurus impor, ekspor atau pengadaan barang/bahan tertentu (“tata niaga”).
- Karena kerjasama beberapa perusahaan, dengan maksud untuk menguasai pasar dengan menghilangkan persaingan antar mereka (mungkin berupa persengkokolan dengan maksud untuk menjatuhkan saingannya).
Monopoli “murni” tidak begitu banyak. Yang memang sering kali terjadi adalah “monopoli sebagian”, yaitu satu perusahaan menguasai sebagian besar (tetapi tidak seluruh) suplai suatu barang/jasa. ini terjadi misalnya bila di samping satu perusahaan yang besar masih ada beberapa perusahaan kecil yang rnenghasilkan harang yang sarna, atau monopoli terbatas pada suatu daerah tertentu saja. Suatu perusahaan yang menguasai sebagian besar pasaran sehingga dengan menaikkan atau menurunkan harga jualnya sendiri dapat mempengaruhi harga pasar dikatakan mempunyai kedudukan monopoli.
Sering kali di samping satu perusahaan yang besar masih ada sejumlah perusahaan lain yang sejenis tetapi lebih kecil. Kalau perusahaan yang besar itu menaikkan (atau menurunkan) harga jualnya, perusahaan-perusahaan yang lain terpaksa akan harus ikut. Situasi ini disebut price leadership.
Monopoli belum tentu berarti perusahaan raksasa. Sebab monopoli mungkin terbata hana pada atu daerah, hahkan pada satu pasar saja. Misalnya kalau biaya transport suatu harang relatif tinggi dihandingkan dengan nilai barangnya maka pasaran barang tsb. terbatas dan dengan mudah dapat terjadi bahwa suatu perusahaan mendapat kedudukan monopoli di daerah itu.
Prilaku Produsen Monopolis
Produsen atau penjual yang mempunyai kedudukan monopol’ menguasai (seluruh/sebagian hesar) suplai suatu barang, dan oleh karena itu dapat menentukan sendiri harga jualnya. Maka apa yang akan dilakukan oleh produsen monopolis itu? Dan hagairnana itu berbeda dengan situasi dalarn pasar dengan persaingan murni?
Perbedaan pokok antara monopoli dan persaingan murni adalah dalam hal permintaan yang dihadapi. Dalam persaingan murni produsen/penjual tidak bisa menentukan sendiri harga pasar. karena masing-masing produsen/penjual terlalu kecil dibandingkan dengan seluruh suplai di pasaran. Maka semua harus ‘menerima’ harga pasar yang berlaku (maka disebut “price taker’), dan hanya bisa menyesuaikan jumlah produksinya dengan harga pasar yang berlaku, sambil mencoba menekan biaya produksinya. Tetapi berapapun yang ditawarkan oleh produsen/penjual individual akan dapat terjual pada harga pasar yang berlaku. Dengan kata teknis: P = MR yang bila digambarkan dalam grafik berupa garis horisontal.
Lain halnya apabila hanya ada satu produsen/penjual yang menguaai seluruh (atau sebagian besar dan) suplai barang tertentu (yang tak ada penggantinya yang baik!). Dalam hal ini produsen/penjual yang satu itu harus melayani seluruh permintaan pasar. Karena ia penjual tunggal. maka dia sendirilah yang dapat menentukan berapa yang akan diproduksinya dan berapa harga jualnya. Monopolis mempunyai kedudukan kuat di pasaran. justru karena ia tidak hanya dapat menyesuaikan din dengan harga pasar yang berlaku. tetapi ikut menentukan sendiri harga pasar itu yaitu dengan menentukan harga jualnya sendiri dan atau jumlah outputnya sendiri. Oleh karena itu ia disebut “price setter” atau “price maker”.
Harga setinggi – tingginya
Kerap kali dikatakan: seorang monopolis tentu akan menetapkan harga setinggi mungkin, agar mendapat laba yang sebesar-besarnya. Benarkah pandangan itu?
Harga setinggi-tingginya itu memang suatu kemungkinan. Tetapi harga tinggi belum tentu berarti laba besar Padahal yang penting adalah selisih antara TR dan TC. Sang produsen harus membandingkan penerimaanya (hasil penjualan, jadi TR dan MR) dengan biaya produksi (TC dan MC). Sebab pedoman MC = MR juga berlaku untuk monopolis!
Bentuk kurve-kurve biaya produksi (TC, MC, AC) untuk produsen monopolis pada dasarnya sama saja dengan kurve-kurve biaya produsen lainnya. Tetapi dalam hal penerimaafl (TR dan MR) ada perbedaan yang penting dibandingkan dengan situasi persaingan murni.
Seorang monopolis seorang diri menguasai seluruh suplai suatu barang. Berarti juga seorang din harus melayani seluruh demand. Jadi yang dihadapinya adalah kurve permintaan pasar. Dan kurve permintaan pasar itu turun ke kanan bawah. Artinya pada harga tinggi, jumlah yang mau dibeli oleh masyarakat (= jumlah yang bisa dijual oleh produsen ybs.) hanya sedikit. Memang, monopolis menguasai supply. Tetapi ia tidak menguasai demand dan dia berhak menetapkan sendiri harga jualnya, namun apabila harga jual yang ditetapkan terlalu tinggi akibatnya barang yang terjual sedikit, kalau dia mau menjual lebih banyak maka dia harus menurunkan harga jualnya.
PERSAINGAN MONOPOLISTIK
Bentuk pasar persaingan murni (banyak produsen kecil sehingga masing-masing tidak dapat mempengaruhi harga pasar) maupun monopoli (satu penjual yang menguasai seluruh suplai untuk barang tertentu) merupakan dua bentuk ‘ekstrem’. Kenyataannya bentuk pasar untuk banyak barang (terutama hasil produksi pabrik) berada di tengah-tengah kedua ekstrem tadi. Bentuk pasar di tengah-tengah kedua ekstrim tersebut disebut persaingan monopoli stik.
PENGERTIAN PERSAINGAN MONOPOLISTIK
Bentuk pasar persaingan monopolistik teijadi apabila:
- ada beherapa produsen/penjual: tidak banyak sekali, tetapi Iebih dan satu, yang masing-masing menguasai hanya sebagian dan seluruh suplai;
- masing-masing menghasilkan barang yang sejenis, yang kurang Icbih sarna, tetapi thdfferensiasikan (dibuat berbeda) dalam ha! namalmerklcap dagang/kualitas/ bentuk pembungkusan, dl!. sehingga kelihatan berbeda dan yang lain;
- produsen-produsen baru dapat memasuki bidang usaha ybs., meskipun tidak selalu mudah.
Akibat situasi ini ialah bahwa tidak ada satu harga pasar yang berlaku umum untuk satu macam barang. melainkan bermacam-macam harga untuk bermacam-macarn barang yang sebenarnya sama atau hampir sarna, sehingga sulit bagi konsumen untuk membanding-bandingkan harga. dan keadaan pasar men jadi kurang “sempurna”.
Produsen dalam bentuk pasar ini mempunyai sedikit kebebasan untuk menentukan harga jualnya sendiri. Tetapi tidak sebebas monopolis. Sebab ka!au harganya terlalu jauh menyimpang dan harga barang-barang sejenis, ia akan kehilangan pasarannya, karena masyarakat akan membeli barang pengganti yang lebih murah. Jadi kurve permintaan yang dihadapi oleh perusahaan tidaklah horisontal (seperti dalam persaingan murni) melainkan turun ke kanan-bawah, dan biasanya agak elastis.
Pedoman untuk penentuan jurnlah produksi yang paling menguntungkan sama seperti dalam hal monopoli: Q terbaik adalah dimana MC = MR.
Mengingat adanya persaingan dan bararig-barang yang sejenis, perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik akan dapat memperbesar labanya tidak pertama-tama dengan menaikkan harga jualnya, melainkan dengan menekan biaya-biaya produksi serta meningkatkan efisiensi kerja.
Oligopoli
Suatu bentuk khusus dan persaingan monopolistik adalah oligopoli dan duopoli. ciri khas bentuk pasar OLIGOPOLI adalah bahwa produksi didominasi oleh “hanya sedikit” perusahaan. Misalnya hanya tiga atau empat perusahaan raksasa menguasai schagian besar (70-90%) dan pasaran.
Dalam DUOPOLI hanya ada dua perusahaan yang menguasai seluruh suplai barang tertentu.
Bila jumlah perusahaan/produsen dalam suatu cabang usaha hanya sedikit, mi henarti bahwa masing-masing menguasai pangsa (bagian) pasar yang. cukup besar, sehingga tindakan atau kebijakan perusahaan yang satu mempunyal pengaruh terhadap yang lain-lain, dan sangat mungkin menimbulkan reaksi dan saingannya. Saling pengaruh-mempengaruhi antarperusahaan mi merupakan ciri khas oligopo!i. dan mi sangat mempersu!it analisis teori. Misalnya besarnya MR produsen yang satu tidak tiapat dipastikan, karena juga tergantung dan keputusan saingannya.
Timbulnya bentuk pasar oligopoli disebabkan oleh karena proses produksi menuntut dipergunakannya teknologi modern yang mendorong ke arah produksi secara hesar-besaran. Mungkin juga merupakan akibat merger dimana sejumlah perusahaan yang kecil digabung menjadi satu perusahaan raksasa.
Barang yang dihasilkan atau dijual mungkin sama (untuk bahan mentah seperti haja, timah, minyak), mungkin juga didiferensiasikan, seperti halnya produksi barang konsumsi misalnya mobil, sepeda motor, sabun, rokok. kosmetika, dll. Bila produk diditerensiasikan, biasanya disertai usaha promosi secana besar-besaran pula. Untuk menghindari perang harga, perusahaan-perusahaan oligopolis sering kali mengadakan Untuk menghindari perang harga, perusahaan-perusahaan oligopolis sering kali mengadakan persekongkolan/kesepakatan untuk menaikkan harga bersama-sama. Persekongkolan seperti itu banyak dilarang di banyak negara dengan undang-undang. Di Indonesia masalah persekongkolan sering dipersoalkan, karena kekuasaan besar ada ditangan para manajer perusahaan oligopolis, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi kemakmuran rakyat karena harga barang dibuat permainan.
Harga Pasar
– Jumlah yang mau dibeli di tunjukkan dengan Q d
– Jumlah yang mau dijual di tunjukkan dengan Q s
– Berbagai kemungkinan harga di tunjukkan dengan P
- Pengertian Pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk mengadakan transaksi jual beli barang.
- Pengertian Pasar dalam ilmu ekonomi lebih luas lagi yaitu Pasar mencakup keseluruhan permintaan dan penawaran, seluruh kontak antara penjual dan pembeli untuk mempertukarkan barang dan jasa. Setiap barang yang diperjual belikan ada pasarnya. Contoh : ada pasar ikan, tetapi juga ada pasar rokok kretek, pasar tekstil, pasar modal dan pasar tenaga kerja.
- Fungsi Pasar adalah: sebagai mata rantai yang mempertemukan penjual yang mempunyai barang dan menginginkan uang, dengan pembeli yang mempunyai uang dan menginginkan barang. Penjual dan pembeli tidak bertemu muka , tetapi dapat juga melalui surat atau telepon.
- Pasar Sempurna adalah apabila semua pihak di pasar tersebut mengetahui seluruh keadaan pasar yaitu : harga-harga yang berlaku, jumlah-jumlah yang ditawarkan.
- Pasar Persaingan Sempurna terjadi apabila jumlah pembeli lebih banyak dan jumlah penjual juga lebih banyak, yang semuanya menawarkan barang yang sifatnya sama atau homogen. Misalnya barang jenis tertentu contoh ikan lele, karena jumlah penjual banyak dimana masing-masing menawarkan sebagian kecil saja dari suplai total, maka tidak ada penjual atau pembeli yang seorang diri mempengaruhi harga, bila jumlah penjual dan pembeli yang bertemu di pasar banyak dan terdapat koordinasi yang baik diantara mereka, untuk satu macam barang akan terjadi satu harga. Yaitu harga pasar.
Untuk mengerti bagaimana permintaan dan penawaran bersama-sama menentukan harga pasar, sebagai contoh kita pelajari terbentuknya harga gula kelapa. Dalam masyarakat kita gula kelapa banyak pembelinya dan juga banyak produsen/penjualnya (= bentuk pasar persaingan).
Dalam tabel dibawah mi dikumpulkan hasil pengamatan pasar, yaitu berapa kg gula kelapa yang mau dibeli (Q1) dan berapa kg yang mau dijual (Q) pada berbagai harga (di daerah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu minggu atau satu bulan).
Tabel
Permintaan dan Penawaran Bawang Putih
Angka-angka dan tabel dapat juga digambarkan dalam bentuk sebuah diagram. Karena mengenai barang yang sama, maka jumlah yang mau dibeli (D) dan jumlah yang mau dijual dapat digambarkan dalam satu diagram.
Dan gambar segera tampak bahwa
- pada harga pasar tinggi, para penjual mau menjual banyak, tetapi para pembeli hanya mau membeli sedikit;
- pada harga rendah, para pembeli ingin membeli banyak, tetapi para penjual hanya mau menjual sedikit.
Dalam “interaksi” dan tawar menawar antara para pembeli diketahui :
- Yang membutuhkan barang dan bersedia membayar uang untuk memperolehnya, diringkas Demand, dan
- Para penjual (yang telah mengeluarkan biaya untuk menghasilkan barang dan mau menjualnya dengan harga tertentu, ringkasnya Supply)
- Pada akhirnya akan terbentuk satu harga tertentu, yaitu harga dimanajumlah yang mau dibeli (Qd) sama dengan jumlah yang mau dijual (Q). Harga inilah yang disebut harga pasar atau harga keseimbangan (Equilibrium price). Hal ini dengan mudah dapat dilihat dalam gambar dibawah ini.
a. Pada Posisi Harga Rp 1000,-/kg
Apakah harga Rp 1000,-/kg dapat terjadi? Dapat Sebab memang ada beberapa pembeli yang bersedia membayar harga setinggi itu. Apakah harga Rp l000.- kg akan inenjadi harga pasar yang umum berlaku? Tidak! Mengapa tidak? Karena pada harga kp l000,-/kg para penjual mau menjual 11.000 kg. Tetapi pada harga itu para pembeli hanya mau membeli 5.000 kg/minggu. Jadi ada kelebihan (= surplus) sebanyak 6000 kg yang tak terjual. Supaya barangnya laku (supaya tak perlu disimpan lama, atau dibawa pulang, supaya uangnya segera kembali) tentu akan ada penjual yang bersedia menurunkan harga dan menjual barangnya dengan harga yang Iebih rendah. Oleh karena itu harga Rp 1 000,-/kg tidak akan menjadi harga yang berlaku umum di pasaran.
Situasi seperti ini dengan istilah teknis disebut ‘buyers market’ (pasar dikuasai oleh para pembeli). Para pembeli yang merupakan pihak yang kuat, para penjual berada di pihak yang lemah; mereka mencani-cari pembeli dan untuk itu bersedia menurunkan harga — hal mana menguntungkan bagi pembeli.
b. Pada posisi harga jual Rp 400,- per kg
Sekarang kita teliti harga Rp 400,-/kg. Apakah harga mi bisa menjadi harga pasar Yang berlaku umum? Tidak! Sebab pada harga itu pmbeli mau membeli sebanyak I .000 kg gula per minggu (Qd = 11.000). Tetapi para penjual hanya menyediakan 11.000 kg saja (Qs = 6.000). Jadi ada kekurangan supply (= shortage) sehanyak 5.000 kg/minggu. Dalam situasi mi jelas ada konsumen yang tidak mcndapatkan gula sehanyak yang diinginkan. Maka tentu akan ada pembeli yang berani/ bersedia membayar harga Iebih tinggi. Oleh karena itu harga Rp 400,-/kg tidak bisa menjadi harga pasar yang berlaku umum. dan kalaupun terjadi jual-beli dengan harga itu, pasti tidak bisa tahan lama.
Siluasi pasar ini disehut ‘sellers market’: para penjuallah yang menguasai pasar, sedang para pemheli di pihak yang lemah. Untuk mendapatkan barang, para pembeli bersedia menaikan harga belinya, yang akan menguntungkan para penjual.
c. Pada Harga Rp 600,- per kg
Pada harga Rp 600,-/kg dan hanya pada harga ini jumlah yang mau dibeli (Qd = 8.000 kg/minggu) dan jumlah yang mau dijual (Qs = 8.000 kg/minggu) tepat sama, tidak ada kekurangan dan tak ada kelebihan. Jadi pada harga ini semua pihak mendapat apa yang diinginkan, dan tidak ada alasan untuk menaikkan/menurunkan harga lagi (ceteris parihus). Maka harga Rp 600,- ini disebut harga keseimbangan (Equilibrium price). yaitu harga yang menyeirnbangkan Permintaan dan Penawaran, atau P dimana Qd=Qs.
Kurve Permintaan dan Penawaran
Hal yang sarna dapat juga dianalisis dengan mempergunakan kurve. Untuk itu Gambar 1-8 di atas tadi dilukiskan kembali dalam bentuk kurve permintaan dan penawaran. Lihat gambar 1-9, di mana kurve D dan kurve S dilukiskan pada diagram yang sama. Jumlah (baik Qd maupun Qs) diukur pada sumbu horisontal (sumbu X), sedang harga per satuan diukur pada sumbu tegak (sumbu Y). Perpotongan kedua kurve tsb. menunjukkan harga keseimbangan: pada harga Rp 600,-/kg, maka Qd = Qs = 8.000 kg/minggu.
Elastisitas
- PENGERTIAN ELASTISITAS
- ELASTISITAS PERMINTAAN
Tetapi reaksi konsumen tidak mesti sama untuk perbagai macam barang. Untuk beberapa macam barang para konsumen sangat peka terhadap perubahan harga, artinya:
perubahan harga yang kecil saja sudah menyebabkan jumlah yang mau dibeli berkurang hanyak. Tetapi ada juga barang di mana konsumen hampir tidak peka terhadap pertihahan harga: biarpun harga naik, jumlah yang dibeli hampir tidak berkurang. Untuk menyatakan peka tidaknya jumlah yang mau dibeli terhadap perubahan harga dipergunakan istilah elastisitas, tepatnya elastisitas harga (price elasticity of demand).
PENGERTIAN DAN RUMUS ELASTISITAS PERMINTAAN
Elastisitas (harga) menunjukkan bagaimana reaksi pembeli (dalam hal jumlah yang mau dibeli) bila ada perubahan harga, atau: peka-tidaknya jumluh yang mau dibeli terhadap perubahan harga. Maka agar dapat dibandingkan dua-duanya dinyatakan dalam %
– Jika konsumen peka terhadap perubahan harga suatu barang, permintaan akan barang itu disebut ELASTIS.
Artinya: perubahan harga yang kecil menyebabkan perubahan yang relatif (lebih) besar dalam jumlah yang diminta. Misalnya harga naik dengan 10%. Akibatnya jumlah barang yang mau dibeli berkurang dengan % yang lebih besar, misalnya 20%
– Jika konsumen kurang peka terhadap perubahan harga suatu barang tertentu, permintaan akan barang itu disebut INELASTIS.
Artinya: meskipun kenaikan harga (relatif) cukup besar. namun jumlah yang mau dibeli hampir tidak berkurang; sedang kalau harga barang turun, jumlah yang diminta hampir tidak bertamhah.
Misalnya harga turun 10% menyebabkan pertambahan dalam jumlah yang diminta relatif lebih kecil, misalnya hanya 5%. Hal mi terutama terjadi pada barang-barang kehutuhan hidup pokok seperti beras, garam, dll.
Rumus elastisitas permintaan
Elastisitas permintaan dapat diukur dan dinyatakan dalam suatu angka yang dinyatakan dalam koefisien elastisitas. Besar-kecilnya koefisien elastisitas permintaan dapat dihitung dengan bantuan suatu rumus yang sederhana.
Rumus umum untuk elastisitas permintaan adalah sbb:
Ketentuan Elastisitas
*****
Share this:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar