Sejarah Kabupaten Rokan Hilir



    Kabupaten Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia. Ibukotanya terletak diBagansiapiapi, kota terbesar, bersejarah, dan pernah dikenal sebagai penghasil ikan terbesar di Indonesia. Kabupaten ini sebelumnya termasuk ke dalam Kabupaten Bengkalis. Pusat pemerintahan kabupaten berada di tengah-tengah kota Bagansiapiapi, tepatnya di Jalan Merdeka No 58.
      Kabupaten ini mempunyai luas sebesar 8.941 km² dan penduduk sejumlah 349.771 jiwa. Rokan Hilir terbagi dalam 15 kecamatan dan 83 desa. Masa lalu hingga terbentuknya Kabupaten Rokan Hilir adalah catatan penting yang tidak boleh dilupakan. Karena itu, pemerintah daerah mendirikan museum sejarah Rohil sejak kepemimpinan Bupati H Annas Maamun agar generasi muda bisa melihat sejarah Bagansiapiapi.
       Museum ini terletak di kawsan perkantoran Batu Enam dimana ratusan saksi sejarah, baik pada masa Belanda maupun tokoh-tokoh dalam pembangunan Rokan Hilir pada zaman dahulunya dikisahkan di dalamnya. Semula, mungkin agak sulit untuk masuk ke Museum ini disebabkan belum ada petugasnya. Namun saat ini sudah ditempatkan dua orang petugas yang penjagaan di siang hari dimana secara gratsis masyarakat umum bisa berkunjung melihat saksi-saksi sejarah berupa peninggalan benda-benda pusaka dan gambar pada zaman dahulu.
      Kepala Dinas Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Tarmidji Madjid melalui Kabid Kebudayaan, Jamaris ketika menunjukkan situs-situs peninggalan sejarah di Musium Sejarah Rohil, Kamis (14/2) kepada MRN secara rinci menjelaskannya. ''Kita ada ratusan koleksi peninggalan sejarah di museum ini, dimana baik itu pada masa penjajahan, kerajaan dan tebentuknya Rokan Hilir itu sendiri ada di dalamnya,'' kata Jamaris.
     Ketika memasuki museum ini, mata kita akan terfokus ke sebuah etalase kaca yang berisi Tongkat Datuk Batu Hampar. Tongkat itu diraih dari ibu Sumi Bantaian dengan panjang seukuran tinggi orang dewasa. "Bisa dibayangkan, pedangnya saja melebihi tinggi kita saat ini, apalagi orang yang memegangnya pada masa itu," ujar Jamaris.
     Tak jauh dari tempat letaknya Tongkat Datuk Batu Hampar, terlihat juga ada pedang dimasa perang Belanda. Pedang yang digunakan untuk perang mempertahankan kemerdekaan RI, jam antik, benda-benda antik lainnya yang diletakkan di atas rak-rak pada bagian kiri dan kanan ruang meseum itu masih terlihat rapi.
    "Di sini juga terdapat banyak koleksi foto masa lalu, diantaranya foto-foto Asrama Polisi, Roemah dr Widinger, Anak dr Widinger, Pegawai Roemah Sakit Bagan Siapiapi dengan anak-anak dr Widinger dan istri, Gereja Katolik tempo doeloe, Kota Bagan tempo doeloe. "Foto lainnya, Lembaga Permasyarakatan yang bertuliskan tahun 1965, Jalan Pahlawan Bagansiapiapi Tempo doeloe (jalan batu bata), Water Leading Bagan Siapiapi tempo doeloe ditahoen 1924, foto pribadi dr Widinger," rincinya.
     Penduduk Kubu terutama hidup sebagai nelayan, sebagian besar penduduk berpendidikan rendah yakni hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat sekolah dasar, sebagian lagi pendudukan sebagai pedagang atau buruh atau pegawai negeri atau peteni. Sisi lain permasalahan yang dihadapi nelayan, pedagang, bruh dan petani rata-rata tingkat pendidikan mereka pada umumnya rendah dan ketrampilan terbatas, sehingga mereka tidak mempunyai alternative pekerjaan lain selain sector perikanan, perdagangan, pertanian dan menjadi buruh apalagi semakin hari kehidupan ekonomi khususnya mayoritas nelayan dikalahkan oleh nelayan besar yang menggunakan teknologi modern dengan meningkatkan efesiensi penggunaan teknologi modern mengakibatkan penurunan produksi bagi nelayan kecil dari waktu ke waktu semakin bertambahnya armada penangkapan yang beroperasi diperairan, keadaan ini memberikan indikasi bahwa kehidupan nelayan semakin keras persaingannya, sehingga memiliki potensi terlemah.
      Kondisi ekonomi nelayan diperparah dengan maraknya pencurian ikan yang dilakukan nelayan luar, kenaikan BBM tahun lalu sehingga biaya yang dikeluarkan semakin besar yang meliputi pembelian alat-alat dan biaya operasional keadaan ekonomi nelayan yang serba susah menyebabkan terjadinya perpindahan nelayan kedaerah baru, membuat kubu kurang dikenal lagi.
Permasalahan yang muncul yang dihadapi penduduk dan pemerintah kubu saat ini adalah :
  • Kondisi ekonomi nelayan, pedagang, buruh dan petani yang tidakmemungkinkannya untuk menyekolahkan anak mereka, walaupun sebagian dari mereka tumbuh kesadaran untuk menyekolahkan anaknya, namun selalu terdapat benturan antara pemenuhan kebutuhan primer, terutama pangan, dengan keinginan untuk memperoleh pendidikan
  • Sebagian mereka sudah merasa cukup puas apabila sudah bisa membaca dan menulis, sehingga rata-rata tingkat pendidikan mereka hanya tamat sekolah dasar. Pendidikan bagi mereka bukan suatu hal yang harus diperjuangkan, karena lapangan pekerjaan yang tersedia hanya perikanan  atau pedagang, buruh dan petani yang tidak mensyaratkan pendidikan tertentu, terutama bagi anak-anaknya yang harus membantu orang tuanya karena penghasilan orang tuanya semakin merosot, sehingga mau tidak mau mereka harus berusaha disektor perikanan yang semakin terpuruk, sebagai pedagang, buruh dan petani dengan cucuran keringat mereka sendiri untuk bertahan hidup.
  • Mereka tidak yakin bahwa pendidikan yang lebih tinggi akan menjamin pekerjaan yang lebih baik bila dibandingkan dengan sector perikanan, pedagang, buruh, dan petani.
  • Pada umumnya sarana pendidikan yang tersedia dengan fasilitas gedung serta peralatan cukup memadai tetapi kurang dalam dukungan Guru yang professional
     Perlu diinformasikan bahwa kini ditengah gemuruh  otonomi daera, sejumlah anggaran daerah yang diperoleh dari uang rakyat melalui pembayaran pajak, pungutan retribusi dan sumber-sumberkekayaan alam dari perut bumi pertiwi menjadi sandaran pemerintah Kabupaten Rokan Hilir yang di alokasikan setiap tahun anggaran untuk pelayanan public seperti sector pendidikan, kesehatan dan infra struktur/sarana umum kota secara lebih baik, dan dimasa depan diharapkan  member dan menjawab impian rakyat akan kesejahteraan dan ketentraman hidup.


Lagu Daerah Kubu
Anak Duhako

Semaso dulu dikualo kubu

dokek bagan ajo bejamu
disitu tinggal anak duhako
anak yang tak ponah
mengonang jaso
Paih dodak panggang keluang 2x
bokal sialang poi moantau
setolah kayo lupokan dii
omak kandungnyo
tak diingek lai
kobullah sumpah
omak kandungnyo 2x
kapal sialang menjadi pulau
disitu tumbuh umpunlah pauh
sebolah manih
sebolah masam

Sejarah Kubu
Menurut penuturan orang orang tua dikubu, asal nama daerah ini adalah Sungai baung. Sungai baung adalah sungai yang mebelah kecamatan kubu saat  ini. Konon dinamakan Sungai baung karena ikan baung paling banyak disungai ini. Awal pertama diresmikan pada tahun  1667 masehi bertepatan dengan tahun 1084  hijriyah. dan dari catatan dan ingatan tetua dikubu penduduk sungai baung berasal dari PADANG NUNANG atau dari suku minang RAO. Mereka datang satu rombongan yang dipimpin oleh TUANKU DATUK RAJA HITAM dari keturunan bangsawan di  Padang Nunang. Rombongan ini berjumlah 70 orang.
Bersama dengan rombonan ini diantara mereka adalah :1. Datuk Raja Hitam2. Datuk Kancil3. Datuk Morah Pelangi4. Datuk Penghulu Mosi5. Panglima Sati (Datuk Amin Putera)6. Panglima Sutan Kaleno7. Panglima Hundero
      Datuk Raja hitam membuka sungai baung dan menjadikannya sebuah negeri dipinggir sungai yang kemudian di namakan dengan TANJUNG SONO. Mengawali pembukaan tempat pemukiman itu  Datuk Kancil yang bertugas sebagai tabib mengadakan acara ritual yang diberi nama TOTAW MENOTAW. Setelah selesai acara penotawan itu maka sungai baung diresmikan namanya menjadi Kubu. Acara ini  sampai saat ini cukup dikenal dikalangan penduduk.
      Ada catatan menarik berkaitan dengan kisah totaw menotaw ini. Datuk kancil sebagai datuk dari acara totaw ini mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan dalam acara tersebut. Diantaranya seekor kambing dan daun juang-juang. Setelah seles menotaw tempat yang dimaksud, besok pagi terlihat suatu kejadian aneh yang  mencengangkan masyarakat yang menyaksikan nya. Sepanjang tepi sungai tumbuh kayu yang berbaris rapat seperti pagar bagikan ada yang menyusun nya. Dan daun juang-juang yang dipergunakan untuk bahan menotaw tersebut tumbuh menjadi sebatang pohon besar. Sementara itu, ditempat acara terlihat jejak-jejak dari dua binatang yang berbeda. Arah kedarat terlihat jejak harimau sedangkan arah kesungai terlihat jejak buaya.
     Tatkala datuk kancil melihat jejak ini, beliau termenung seperti memikirkan sesutu. Dan kemudian terdengar dia berujar “Orang kubu tidak pernah dikalahkan oleh manusia,kecuali oleh harimau dan buaya”. Perkataan Datuk Kancil ini sering diingat oleh para  orang-orang tua secara turun temurun, dan memiliki makna yang dalam bagi  pandangan hidup orang-orang kubu. Dari pagar yang tumbuh sepanjang sungai itu pula kemudian daerah ini dinamakan dengan Kubu.
       Sejak  saat itu sungai baung yang sudah berganti nama menjadi kubu mulai dikenal oleh daerh dan kerajaan lain, terutama kerajaan yang berada di Sungai Rokan seperti kerajaan bangko dan tanah putih, malahan sampai kenegri JOHOR (Malaysia). Pada tahub 1679 rombongan dari johor yang dipimpin oleh Datuk Gafar mengunjungi Kubu. Mereka diterima baik oleh Datuk Raja Hitam dan ditempatkan didaerah SUNGAI PINANG dan sekitarnya. Diantara rombongan itu terdapat juga orang-orang seperti :
1. Datuk Raja Gafar2. Datuk Latif3. Datuk Abdullah4. Panglima Kadono5. Panglima Anam
       Pertemuan kedua rombongan yang berlainan daerah ini kemudian menjadikan daerah ini mulai ditatadari segi kepemerintahannya. Layaknya sebagai sebuah kerajaan daerah ini disusun dan dirumuskanlah undang-undang dan aturan, adat istiadat yang berlaku dan diberlakukan. Jadilah negeri ini sebuah negeri yang berdaulat yang memiliki administrasi yang lengkap.
     Sebagai sebuah kerajaan diangkatlah pertama kali DATUK RAJA HITAM sebagai raja (wafat tahun 1708) dengan perdana menteri pertama DATUK GAFAR atau digelar juga dengan datuk bendahara (wafat tahun 1710).
      Pada tahun 1730 kerajaan kubu dipimpin oleh BANDA JALAL yang diberi gelar dengan JOHAN PAHLAWAN.Kepemimpinan johan pahlawan tidak berlangsung lama, karena sering terjadi kekacauan dan kejahatan seperti perampokan yang meresahkan penduduk. Pertikaian antara raja Megat makhota dengan Banda Jalal kemudian didamaian oleh Sultan Siak Sri Indrapura (raja kecil,1723-1746). Maka pada tahun 1893 dibentuklah dewan DATUK EMPAT KERAJAAN KUBU :
1.    Suku Rawa bergelar JAYA PERKASA
2.   Suku Ambaraja bergelar INDRA SETIA
3.   Suku Aru bergekar PADUKA SAMA RAJA
4.   Suku Bebas bergelar INDRA BANGSAWAN
    Dewan datuk empat tercatat dalam kitab BABUL KAWAAID (Pintu segala pegangan) yang disusun dizaman Sultam Syarief Kasim Abdul Jalil Syaifuddin (1889-1908) Sultan Siak Sri Indrapura yang ke 11.
      Di masa menghadapi penjajahan belanda, Sultan Siak menyempurnakan administrasi kerajaan-kerajaan yang dibawah taklukannya termasuk kerajaan kubu, dan menjadikan kubu sebagai wilayah provinsi. Setelah Indonesia merdeka, kerajaan kubu yang semula sebagai wilayah provinsi berubah menjadi kecamatan dan termasuk wilayah kewedanaan Bagan Siapi-api.